Biawak Modern yang Rumahan

By , Minggu, 19 Mei 2013 | 19:00 WIB

Biawak komodo yang dianggap satwa purba, sejatinya kadal modern dengan kemampuan luar biasa. Satwa dari famili Varanidae, yang bernama ilmiah Varanus komodoensis ini mampu memanjat pohon dan perenang ulung.

Setelah menetas, secara naluriah si anak langsung memanjat pohon agar aman dari sergapan biawak komodo yang lebih besar. Peneliti pernah mencatat hampir aktivitas anak yang baru menetas dilakukan di atas pohon, selama 4 sampai 15 hari. Semakin besar, kemampuan hidup di atas pohon semakin berkurang. Dia lebih bersifat terestrial, hidup di atas tanah.

Balai Taman Nasional Komodo bersama Zoological Society of San Diego pada 2002-2006 mencatat pergerakan komodo antar-lembah tak sampai lima kali. Pergerakan antarlembah itu: dari Loh Liang ke Loh Sebita, di Pulau Komodo, berjarak sekitar 5 kilometer; dari Loh Baru ke Sok Niu, Pulau Rinca, dengan jarak sekitar 2 km; dan dari Loh Baru ke Loh Tongker, Pulau Rinca, sekitar 4 km.

Data itu diperoleh dari individu komodo yang ditandai PIT tag di 10 lokasi di Taman Nasional. PIT tag berupa chip seukuran biji beras, yang disuntikkan di paha kanan. Dari situ, identitas komodo dapat dipindai, berupa 10 digit angka dan huruf.

Meski sering ditayangkan film dokumenter sedang berenang di laut, komodo sebenarnya jarang berenang. Semua biawak pandai berenang, namun tak semua suka berenang, seperti halnya komodo.

Sangat jarang dijumpai biawak ini berenang di laut. Umumnya dia hanya berjalan di pantai mencari ikan, penyu, atau cumi. Berbagai informasi tersebut membuka tabir bahwa biawak komodo cenderung tinggal di suatu lembah. Hanya sesekali ke luar dari lembah. Biawak komodo rupanya makhluk ’rumahan’.

Buktinya, seekor komodo dari Kampung Komodo, yang dilepas di Loh Kubu, Pulau Komodo, yang sejarak 6 km menyusuri pantai. Hanya perlu beberapa hari, dia telah kembali ke Kampung Komodo, lewat Loh Liang, salah satu lokasi wisata Taman Nasional Komodo. Komodo ini sengaja dilepas di Loh Kubu, lantaran menggigit seorang anak Kampung Komodo sampai meninggal Mei 2007 silam.

Data terbaru adalah kembalinya komodo ’hijau’ dari Loh Buaya, Pulau Rinca. Biawak ini menggigit karyawan Koperasi Serba Usaha dan petugas Taman Nasional di Loh Buaya pada 5 dan 6 Februari 2013.

 Balai Taman Nasional lantas memindahkan komodo yang memiliki bekas luka di punggung ini. Untuk memudahkan identifikasi, tersangka komodo itu diberi cat kayu berwarna hijau di punggung.

Pada 7 Februari 2013, biawak komodo ’hijau’ beridentitas 00064E430F, itu dipindahkan ke Loh Serai, Pulau Rinca dengan perahu cepat dari Loh Buaya. Beberapa hari usai pelepasan, nelayan melihatnya telah berada di Loh Kima.

Jarak lokasi pelepasan Loh Serai dengan kamp Loh Kima sekitar 15 kilometer yang ditempuh dalam 38 hari. Sehingga rata-rata jarak tempuh si hijau mendekati 400 meter per hari. Lantaran trauma dan panik, petugas kembali memindahkan si hijau. Lokasi yang dipilih Loh Dasami, Pulau Rinca, berjarak tempuh 15 km lewat darat. Pemantauan terhadap si komodo hijau ini terus dilakukan. Bila dia mampu kembali lagi ke Loh Buaya, berarti acungan dua jempol belum cukup buat komodo jantan muda ini.