Wurman bekerja sama dengan sebuah tim peneliti untuk menempatkan instrumen bergerak sedekat mungkin ke peristiwa bencana cuaca. Termasuk Doppler on Wheels (DOW), sistem radar Doppler yang dipasang pada sebuah truk, dan instrumen yang disebut Tornado Pods, menara setinggi 1 meter yang mengukur kecepatan dan arah angin.
"Dengan menempatkan radar sedekat mungkin, kita bisa dapat [gambar] dengan resolusi lebih bagus," kata Wurman. "Mirip menggambar jempol Anda dari jarak sehasta, dibandingkan dari seberang tempat parkir. Tujuannya adalah mencoba memahami dengan lebih baik bagaimana tornado terbentuk, struktur 3-D angin, dan bagaimana cara mereka merusak."
Menurut Wurman, beberapa mitos populer tentang tornado sudah tidak berlaku lagi, bahkan bisa membahayakan. Inilah lima mitos tornado yang terus-menerus disampaikan secara turun-temurun:
Mitos #1: Tornado menyerang kawasan perumahan semipermanen (trailer park)
Tornado tidak menyerang trailer park lebih sering daripada kawasan-kawasan lain. Betul, trailer park punya risiko kerusakan lebih besar, sehingga sering menjadi pusat perhatian media.
Rumah-rumah yang dibangun lebih permanen dapat bertahan dari tornado berkecepatan 193 kilometer per jam, kata Wurman. Sementara rumah-rumah semipermanen bakal hancur oleh angin berkecepatan itu karena memiliki struktur lebih lemah.
Mitos #2: Selama tornado, pengemudi sebaiknya berlindung di kolong jalan layang
Padahal, kata Wurman, "di bawah jalan layang, angin justru bisa semakin cepat. Dan memanjat ke jalan layang sudah tentu tidak dilakukan karena di udara terbuka banyak puing-puing beterbangan yang bisa menghantam kita.
Mitos #4: Sungai, danau, bukit, dan bentukan lanskap lainnya bisa menghalau tornado
Wurman mengatakan, kondisi/lanskap dataran memang memengaruhi kondisi cuaca. Atau, badan air yang besar seperti danau memang bisa mengurangi badai hebat karena udara cenderung mendingin, sehingga mengurangi energinya. Namun, hal ini tidak berlaku umum, dan bergantung pada geografi-skala-besar.
Mitos #5: Kota-kota besar tidak akan dihantam tornado
Setelah dalam beberapa tahun belakangan tornado menyerang kota-kota besar, mitos ini sudah mulai ditinggalkan. Wurman mengatakan, ada kemungkinan bahwa "efek pulau panas urban" (urban heat island effect) memperkuat badai di kota-kota padat.