Menggali Mumi-Mumi di Ketinggian

By , Jumat, 24 Mei 2013 | 18:00 WIB

Situs arkeologi di gunung strato vulkanik Llullailaco, Argentina, 1999. Udara beku disertai angin hebat adalah gambaran cuaca di puncak dengan ketinggian lebih dari 22.000 kaki (6739 meter) di atas permukaan laut. Itu tidak membuatnya jera.

Ia Johan Reinhard, antropolog, seorang penjelajah National Geographic yang merintis high-altitude archaeology. Reinhard kerap melakukan ekspedisi arkeologi di ketinggian yang membawanya pada penyelidikan belulang manusia yang menemui ajal di daerah-daerah pegunungan Amerika Latin.

Pada sebuah inspeksi "kebetulan", Reinhard menemukan dua tubuh. Anak laki-laki dan anak perempuan Suku Inka, keduanya 500 tahun silam dikurbankan menjadi persembahan bagi dewa-dewa gunung mereka dan dikubur di tempat itu. Lalu bersama mumi ditemukan pula sejumlah artefak, termasuk patung, tembikar, dan tekstil.

Temperatur dingin di ketinggian nyatanya menjaga tubuh mumi manusia teramat baik sehingga organ-organ tubuh mereka masih dalam kondisi utuh setelah lima abad berlalu. Bahkan, aliran darah masih didapati membeku di dalam pembuluh.

Ia pun sebelumnya pernah menemukan mumi lain: seorang gadis remaja di lereng Ampato, Pegunungan Andes, dekat Arequipa, Peru, pada 1995, yang kemudian terkenal sebagai The Ice Maiden atau Lady of Ampato.

"Dalam kematian dini mereka—saya tak bisa henti berpikir—gadis dari Gunung Ampato dan kedua anak yang dikurbankan ini sudah meninggalkan sejarah dan memberikan halaman baru, bagi memori bangsa mereka Inka, salah satu peradaban kuno terhebat yang pernah ada," tuturnya.