Kabar duka dari dunia penjelajahan National Geographic saat Tim Samaras, si pemburu tornado, tewas dalam tugas. Tim dan Paul (putra Samaras) tewas pada Jumat (31/5) dalam tornado di Oklahoma, Amerika Serikat.
Dalam pernyataan yang diungkapkan oleh saudara laki-laki Samaras, Jim, "Mereka tewas dalam melakukan apa yang mereka cintai." Selain keduanya, tornado di Oklahoma juga menewaskan Carl Yong.
Tim Samaras, 55, selama ini menghabiskan waktunya mengejar tornado untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan dan menempatkan piranti hasil rancangannya sendiri ke jalur tornado demi pengukuran data internal siklon.
"Data dari piranti ini membantu kita memahami dinamika tornado dan bagaimana mereka terbentuk," ujar Samaras dalam wawancara terakhirnya pada National Geographic pada 21 Mei 2013.
Dengan kepingan teka-teki tornado, tambah Samaras, kita jadi bisa membuat prakiraan tepat dan akhirnya membantu masyarakat dalam peringatan awal.
Samaras yang berlatar pendidikan insinyur, terinspirasi pada tornado setelah menyaksikan film klasik, The Wizard of Oz. Sejak saat itu tornado menjadi fokus utama dalam hidupnya.
Namun, membuat penghidupan dari tornado tidaklah mudah. Diakui Samaras, ia mengalami kesulitan keuangan dan bertahan dari sedikit dana pemerintah dan media.
"Instrumen-instrumen ini mahal. Tapi banyak desain dari pembangunan alat-alat ini saya lakukan sendiri," ujarnya yang menambahkan hanya kamera berkecepatan tinggi yang tidak ia rancang.
Terry Garcia selaku Wakil Presiden Eksekutif National Geographic Society mengenang Samaras sebagai peneliti berani dan pintar. Ia juga tanpa kenal takut mengejar tornado demi mengenal lebih dekat fenomena tersebut.
"Kematian Tim jadi pengingat bagaimana pria dan wanita yang bekerja pada kami menghadapi risiko secara reguler," kata Garcia.
Kisah perburuan tornado Samaras dan timnya terangkum dalam feature Mengejar Halilintar edisi Agustus 2012 di tautan ini.