Kabar menyesakkan kembali datang dari Riau, salah satu rumah sekaligus benteng terakhir gajah sumatra (Elephas maximus). Menurut WWF-Indonesia, sejak 2004, sudah lebih dari 100 individu gajah sumatra ditemukan mati di wilayah Riau.
Dan, angka ini ternyata terus bertambah. Pada 31 Mei 2013, Tim Pemasangan GPS Collar WWF-Indonesia, menemukan lagi dua gajah sumatra yang mati di kawasan Tesso Nilo.
Temuan dua ekor bangkai gajah tersebut, masing-masing seekor jantan dewasa di lahan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sektor Ukui yang tumpang tindih dengan Taman Nasional Tesso Nilo, dan seekor betina dewasa ditemukan di dalam batas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo.
Tim menduga, gajah tersebut mati tak wajar akibat racun, dan kematian diperkirakan sudah terjadi sejak tiga-empat hari sebelum ditemukan. Balai Taman Nasional Tesso Nilo mengamankan gading dari bangkai gajah jantan yang ditemukan tersebut.
Sebelumnya, tanggal 6 Mei 2013, tim monitoring WWF-Indonesia menemukan satu bangkai gajah jantan dengan gading yang telah hilang di kawasan hutan Tesso Nilo, tepatnya di lahan konsesi HTI RAPP Sektor Baserah. Hasil autopsi menemukan plastik bungkus deterjen di dalam usus yang diduga dicampur racun.
Meskipun instansi terkait (termasuk Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau dan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan) telah menurunkan tim autopsi untuk menindaklanjuti laporan kematian gajah yang disampaikan WWF, belum ada tindak lanjut nyata terhadap kematian satwa langka tersebut.
"Seharusnya, setiap temuan kematian secara tak wajar satwa dilindungi segera direspons aparat pemerintah dengan berbagai upaya seperti penyelidikan dan penyidikan. Setiap kematian spesies kunci ini artinya kita kehilangan besar aset negara, terlebih gajah sumatra merupakan jenis yang telah dalam kondisi kritis,” ujar Sunarto, ahli spesies WWF-Indonesia.
Atas lambatnya respons pemerintah ini, WWF-Indonesia meminta Kementerian Kehutanan untuk segera merealisasikan janji penegakan hukum terhadap kematian gajah, khususnya di Riau seperti yang pernah disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan beberapa kali, termasuk ketika berkunjung ke Taman Nasional Tesso Nilo pada 8 Februari 2013.
Dalam berbagai kesempatan, Menhut mengatakan akan serius melakukan penegakan hukum terhadap kematian gajah dan akan segera membuat sayembara dan memberi hadiah bagi mereka yang melaporkan pelaku pembunuhan gajah.
Kajian WWF-Indonesia menunjukkan bahwa populasi gajah sumatra kian hari makin memprihatinkan. Dalam 25 tahun, gajah sumatra telah kehilangan sekitar 70 persen habitatnya, serta populasinya menyusut hingga lebih dari separuh.
Estimasi populasi tahun 2007 adalah antara 2.400-2.800 individu, namun kini diperkirakan telah menurun jauh dari angka tersebut karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi.