Koleksi Monumen Delhi

By , Senin, 10 Juni 2013 | 20:56 WIB
()

Delhi terus menggeliat. Di bawah terik matahari, di antara hiruk-pikuk warga setempat serta para pejalan dari berbagai penjuru dunia yang tengah menyinggahinya. Kota disaput awan-awan polutan nan menyesakkan, dengan menara dan kubah menyembul di sana-sini.

Inilah Old Delhi dan New Delhi, fragmen-fragmen kota pembentuk “belanga” Delhi dalam dimensi luas sekaligus penuh warna. Sebuah kota metropolis dilengkapi kantong-kantong destinasi klasik.

Dalam pertumbuhannya, Delhi terbagi menjadi tiga kawasan; Lal Kot sebagai kota pertama, Old Delhi atau Shahjahanabad menjadi pusat pemerintahan muslim Mughal dan New Delhi yang dipersiapkan pemerintah Kerajaan Inggris sebagai ibu kota.

Red Fort - Benteng dan istana para kaisar di Old Delhi (Asteria Iskandar/NGT)

Tidak jarang para pejalan meletakkan Delhi dalam daftar terakhir kunjungan saat mereka berada di negeri Anak Benua India. Kota ini dianggap sebagai persinggahan belaka, karena ada destinasi lain yang dianggap lebih menarik di seluruh penjuru negeri.

Padahal membelanjakan waktu sepanjang 48 jam di sini sangatlah singkat, secepat dan sesegar pedagang nimbu soda alias lemon soda kawasan Qutb Minar menjentikkan jari saat membuka botol berisi air karbonasi untuk dicampur sari jeruk.

Inilah “kesegaran” Delhi, tidak ubahnya seteguk nimbu soda. Saran saya, jangan lupa memastikan rasanya manis, dengan memberi kode chenni—manis dalam bahasa Hindi—atau pedagang akan membubuhkan garam!

Bila ingin mendapatkan nuansa khas Old Delhi yang hiruk-pikuk, tidak jarang panas terik tetapi terobati dengan sedapnya citarasa hidangan setempat,  silakan bertandang ke Karim’s (www.karimhoteldelhi.com).

Sebuah resto muslim kenamaan di jalan Gali Kababian, seberang Jami Masjid. Nikmati aneka hidangan tandoori (shan e tandoor) serta kesempatan  melongok langsung ke dapur yang menggunakan periuk-periuk tanah liat dan tungku tradisional menguarkan bau harum ke segala arah. Tempat makan terkenal ini juga memiliki sebuah cabang di Jha House, Hazrat Nizamuddin West dengan spesialiasi aneka kebab.

Sebaliknya, untuk merayakan keasyikan berada di Delhi atau menjamu pasangan perjalanan, salah satu pilihan terbaik untuk bersantap fine dining adalah Orient Express, salah satu resto yang dimiliki Taj Hotel (www.tajhotels.com) di  Sardar Patel Marg, Diplomatic Enclave, Paschim Vihar, New Delhi.

Merujuk namanya, ruang didesain ala gerbong eksklusif kereta Orient Express serta menyajikan beragam hidangan kelas atas, salah satunya asal Perancis. Tamu juga dijamu wine kelas satu serta pertunjukan jazz. Harga menu berkisar Rp1 juta per orang.

Tak perlu khawatir soal ketersediaan akomodasi di Delhi. Keinginan para pejalan untuk mendapatkan suasana menginap nan otentik serta kehangatan khas warga setempat melahirkan pebisnis yang menggelar hunian bertema bed and breakfast

Sang pengelola atau pemilik dengan senang hati melayani korespondensi calon pemesan, bahkan memberikan waktu alternatif untuk tinggal bila tempat yang dipesan tidak tersedia pada hari yang diinginkan. Seperti dilakukan Anand Puri dari Saket Bed and Breakfast (www.saketbedandbreakfast.com).

Penginapan ini berlokasi di sebuah apartemen dengan harga per kamar mulai USD65 sudah termasuk makan pagi. Dari sini, mudah mencapai titik wisata Qutb Minar serta kompleks PVR Cinemas yang menyajikan film-film terbaru Hollywood serta Bollywood.

Senada adalah BnB Chrysalis (www.bnbchrysalisindia.com), juga berlokasi di Saket serta berada dalam blok apartemen. Tempat ini menawarkan kamar mulai USD70 termasuk hidangan tradisional buatan dapur sendiri.

(Kisah lengkap perjalanan Delhi, India tersaji dalam National Geographic Traveler edisi April 2012)