Perkenalkan, Spesies Baru Siput Merah Jambu

By , Rabu, 12 Juni 2013 | 11:43 WIB
()

Besar, berlendir, dan merah jambu. Inilah spesies siput baru bernama Triboniophorus aff. graeffei yang ditemukan hanya di Gunung Kaputar, Australia. Para peneliti awalnya mengira siput dengan panjang 20 sentimeter ini merupakan bagian dari siput segitiga merah --spesies yang umum ditemui di pesisir timur Australia. Namun, pengkajian terbaru menyebut bahwa siput ini adalah spesies tersendiri.

Demikian disampaikan jagawana National Parks and Wildlife Service Australia, Michael Murphy. "Penelitian baru dalam morfologi dan genetik dari famili Athorcophoridae mengindikasikan bahwa siput kaputar adalah spesies endemik Gunung Kaputar dan jadi satu-satunya perwakilan famili ini di daratan Australia," ujar Murphy, seperti dilansir Senin (10/6).

Salah satu alasan siput merah jambu ini tidak mendapat observasi mendalam karena minimnya jumlah malakolog --peneliti siput dan keong. Dan, penelitian mengenai siput ini secepatnya akan dimasukkan dalam publikasi ilmiah.

Pemerintah Australia sendiri sudah mengambil tindak pelestarian spesies unik ini dengan menjadikan gunung habitatnya sebagai "area ekologi terancam punah".

Siput merah jambu endemik Gunung Kaputar, Australia (Dok.Michael Murphy/NPWS)

Permainan evolusi

Puluhan juta tahun lalu, Australia merupakan bagian dari benua selatan yang disebut Gondwana. Selain Australia, anggota benua ini termasuk Papua Nugini, India, sebagian Afrika, dan Amerika Selatan. Alamnya saat itu tertutup hutan hujan, mirip dengan kondisi Papua Nugini sekarang.

Khusus untuk Australia, letusan gunung api sekitar 17 juta tahun lalu di Gunung Kaputar membuatnya memiliki sekitar sepuluh kilometer persegi lahan basah dan subur. Sementara, sebagian besar wilayahnya berubah menjadi gurun pasir.

Perubahan inilah yang membuat tanaman dan hewan yang hidup di Gunung Kaputar berbeda dengan para tetangganya. Menurut Murphy, warna siput yang hidup di daun eucalyptus ini berubah menjadi merah jambu sebagai bentuk kamuflase.

"Meski demikian, siput ini juga menghabiskan banyak waktu di batang dekat daun berguguran. Jadi, kemungkinan besar warna ini hanyalah permainan dari evolusi," kata Murphy yang sudah 20 tahun menjadi jagawana.

Ditambahkannya, siput berperan besar dalam ekologi hutan karena perannya sebagai pendaur ulang materi tumbuhan. Pihak Australia akan mengupayakan berbagai cara untuk mencegahnya punah.