Mengekalkan Pesut Mahakam dengan Wisata

By , Rabu, 12 Juni 2013 | 16:12 WIB
()

"Bila kami melakukan pelestarian terhadap pesut mahakam tanpa tidak ada kaitannya dengan wisata serta upaya peningkatan ekonomi masyarakat, tentu tidak berjalan, begitu pula sebaliknya," demikian ujar Budiono Giorno, Direktur Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI).

Atas prinsip ini diadakan "Pesut Mahakam Eco-Tourism Training", yang ditujukan bagi para pemandu wisata. Seperti dilansir dari Mongabay Indonesia, Rabu (12/6), upaya pelestarian pesut mahakam (Orcaella brevirostris) atau biasa disebut irrawaddy dolphin terus dilakukan oleh berbagai pihak.

Salah satunya adalah Yayasan Konservasi RASI lewat sebuah pelatihan yang diikuti oleh 20  peserta dari berbagai lembaga terkait di akhir Mei silam. RASI mencoba menggalakkan ekowisata pesut mahakam dan memberikan dampak bagi pelestariannya di masa mendatang.

Sebagian besar peserta pelatihan ini adalah pemandu wisata yang sudah berpengalaman di pedalaman Kalimantan Timur. Peserta diajak mengamati kehadiran pesut mahakam di Danau Semayang, Melintang, Pela, dan Muara Kaman.

Warga mendayung rakit melewati rawa Muara Pela, Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Muara Pela, Danau Melintang, dan aliran Sungai Belayan menjadi habitat Pesut. "Jika beruntung, kita bisa melihat gerombolan pesut di aliran sungai ini". Ujar Fairuz, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara. (Yunaidi Joepoet/NGT)

"Area Pesut Mahakam banyak ditemui di kawasan Danau Melintang, Pela dan Sangkulima. Pesut ini lebih banyak di temukan saat air surut, namun dalam kondisi air besar juga masih dapat ditemukan pesut," kata Danielle Kreb, peneliti pesut mahakam asal Belanda yang telah melakukan penelitian selama 14 tahun di Kaltim.

Data terakhir RASI, di Sungai Mahakam terdapat sekitar 92 pesut mahakam. Lebih banyak di temukan di kawasan perairan sungai Kabupaten Kutai Kartanegara.

Perubahan ini terjadi karena kerusakan alam yang terjadi di kawasan Sungai Mahakam bagian hulu. Sehingga banyak pesut melakukan migrasi ke daerah perairan sungai di kawasan Kutai Kartanegara.

Keberadaan pesut mahakam hingga kini masih terancam terutama karena pemanfaatan lahan di daerah pinggiran sungai, baik untuk konversi lahan sawit maupun pertambangan.

Pesut masuk dalam kategori lumba-lumba atau paus bergigi. Durasi pesut hamil selama delapan hingga 14 bulan, melahirkan satu keturunan selama satu hingga tiga tahun sekali dan menyusui.