Indahnya Ruang Angkasa di Mata Spitzer

By , Kamis, 20 Juni 2013 | 12:00 WIB
()

Sejak diluncurkan pada 25 Agustus 2003 lalu, teleskop ruang angkasa Spitzer telah mengungkapkan teramat banyak pengetahuan bagi umat manusia. Mulai dari mengumpulkan petunjuk tentang cara dan tempat terbentuknya planet, sampai menyaksikan lahirnya dua buah planet dengan menangkap binar inframerahnya.

Spitzer, yang sejatinya hanya memiliki misi dengan durasi 2,5 sampai lima tahun, kini sudah hampir sepuluh tahun menjelajah ruang angkasa. Ia juga telah membantu para astronom untuk memahami bagaimana cahaya dan radiasi bintang yang ada dapat memicu runtuhnya awan gas dan kemudian melahirkan bintang baru.

Berikut ini sejumlah tangkapan-tangkapan luar biasa yang didapat oleh Spitzer, teleskop yang kini sudah lebih dari 177 juta kilometer jaraknya dari planet Bumi.

Persemaian Bintang-bintang

Hasil jepretan Teleskop Antariksa Spitzer. (Dok. NASA/JPL/Caltech/Lori Allen dan Joseph Hora, Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics)

Bintang-bintang baru berbinar di tengah awan debu dan gas sepanjang 50 tahun cahaya dan sejauh 7.000 tahun cahaya. Radiasi ultraviolet dari bintang raksasa yang dekat membentuk awan menyerupai pilar dan ngarai; kemudian gaya tarik menekan bongkahan yang terpadat hingga bintang-bintang berpendar hidup, menyerupai yang berada di puncak pilar.

Teleskop Antariksa Spitzer merekam gambar ini dalam panjang gelombang inframerah yang tak kasat mata bagi manusia.

Lenyap Bersama Ledakan

Sebuah bintang meledak 325 tahun silam, meninggalkan awan serpihan selebar 15 tahun cahaya yang disebut Cassiopeia A. Gambar ini menggabungkan data dari tiga teleskop antariksa. Teleskop sinar X Chandra memetakan gas panas (biru dan hijau) yang sarat besi dan silikon. Teleskop antariksa Hubble menangkap semburat gas yang lebih dingin (kuning). Data Teleskop Spitzer (merah) mengungkap gumpalan debu di ruang antarbintang.Tatapan DinginSinar inframerah yang dikonsentrasikan oleh cermin Teleskop Spitzer, jatuh di atas detektor yang didinginkan hampir ke nol mutlak untuk dapat menangkap tanda adanya panas sekecil apapun  dari benda di kejauhan. Teknologi pendinginan pasif yang cerdik ini – termasuk panel tenaga surya yang berfungsi ganda sebagai pelindung dari radiasi matahari – membantu melindungi cairan helium pendingin.Tiga alat menangkap dan menganalisa frekuensi inframerah yang berbeda-beda: Kamera Susunan Inframerah (IRAC), Spektograf Inframerah (IRS), dan Fotometer Pencitraan Multikanal (MIPS).Semakin JauhKebanyakan teleskop antariksa berputar mengelilingi Bumi. Namun Spitzer mengorbit Matahari, dan mengekor pada Bumi dengan jarak 42 juta kilometer – jarak yang bertambah 18 juta kilometer per tahun. Jarak ini menjauhkan teleskop dari panas Bumi yang mengganggu sehingga memungkinkan pandangan bebas Spitzer ke sebagian besar wilayah langit.(Artikel ini merupakan penggalan dari Pandangan Malam Hari yang pernah terbit di National Geographic Indonesia Desember 2005, dilengkapi dengan up-date berita terkini.)