Kontroversi Demi Raksasa Putih dari Kutub

By , Rabu, 3 Juli 2013 | 08:00 WIB

Untuk pertama kalinya beruang kutub di Amerika Serikat punya habitat yang dilindungi. Petak sebesar 48.473.440 kilometer persegi di sekitar Alaska, tempat sekitar 3.500 spesies Ursus maritimus berdiam di laut es —dan diperkirakan terdapat deposit minyak yang besar sebagian besar, letaknya di lepas pantai.

Melalui ketetapan Departemen Dalam Negeri yang diresmikan musim gugur lalu, semua rencana pengeboran di masa mendatang akan diteliti secara federal (dengan pengecualian struktur-struktur yang sudah ada). Ketetapan itu pun melindungi pulau penghalang dan garis pantai tempat banyak induk beruang tinggal saat es mencair.

Hingga kini, reaksi yang muncul bercampur aduk. Negara bagian Alaska dan korporasi penduduk asli Alaska yang pendapatannya sangat bergantung pada minyak dan gas, mengatakan bahwa regulasi ketat dan perluasan ukuran habitat ini akan mengarah pada kerugian yang sangat besar.

Sebaliknya, pecinta lingkungan bersorak dengan adanya tindakan ini, namun khawatir hukum tersebut tak akan ditegakkan. Menurut mereka, untuk menyelamatkan beruang kutub, daftarkan satwa itu sebagai makhluk yang statusnya genting, bukan hanya terancam punah.

Itu akan meningkatkan upaya perlindungan hukum dan meluangkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi ancaman utama terhadap wilayah satwa tersebut: emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

(Artikel ini pernah diturunkan dalam National Geographic Indonesia edisi Mei 2011 dengan judul asli Perlindungan Beruang Kutub)