Renang Telanjang di Tengah Perang Dunia II

By , Rabu, 3 Juli 2013 | 11:05 WIB

Tugas pasukan Afrika Korps Nazi Jerman saat pendudukan Afrika Utara pada Perang Dunia II (1939 - 1945) tidak hanya bertempur. Sebagai manusia biasa, mereka juga butuh liburan. Salah satu hiburan paling favorit bagi pasukan Jerman-Italia dan bisa dibuat secara massal adalah mandi bersama di tepi pantai.

Kota-kota di Libia seperti Tripoli dan Bardia yang dikuasai oleh Afrika Korps, merupakan kawasan favorit untuk rekreasi karena pantainya yang indah. Ketika mendapat giliran istirahat, kota-kota ini akan dipenuhi tentara yang berenang ria seperti anak kecil. Tradisi berenang favoritnya: berkecipak bersama di air tanpa sehelai benang pun.

Di Jerman, tradisi ini dikenal sebagai Nacktkultur. Jika sedang berenang, tidak seorang pun akan menyangka bahwa para pria ini adalah prajurit garang, algojo yang siap membunuh. Dalam dokumentasi foto-foto Perang Dunia II di edisi koleksi Majalah Angkasa edisi Mei 2013, terpampang imaji sekelompok pasukan infanteri yang bertelanjang bersama di pantai Bardia, Laut Mediterania. Tanpa malu-malu, mereka melepaskan pakaian tentara, bugil, lalu santai menghabiskan waktu.

Demi menjaga keselamatan para prajurit ini, disiagakan pasukan bersenjata untuk mengawasinya. Selain renang, para prajurit Afrika Korps juga mendapat hiburan lain seperti menyaksikan sulap, menonton bioskop, main catur, atau hanya bersantai sesaat di klub relaksasi.

Lain lagi dengan hiburan yang didapat para prajurit di medan tempur. Mereka mendapat transmisi radio Nazi di stasiun di Belgrade, Yugoslavia, dengan tembang ternama, Lili Marleen.