Malaysia Lebih Dulu Publikasikan Babad Dipanagara

By , Kamis, 4 Juli 2013 | 10:45 WIB

Penerbit Kuala Lumpur Art Printers asal Malaysia menerbitkan terjemahan karya Babad Dipanagara versi Keraton Surakarta dalam bahasa Inggris serta Indonesia-Melayu pada 1981.

Buku Babad Dipanagara versi Keraton Surakarta yang diterbitkan Malaysia itu berjudul An Account of the Outbreak of the Java War (1825-1830)ditulis Yasadipura, sastrawan abad ke-18 hingga ke-19 dari Surakarta. 

Peter Carey, editor buku tersebut, Rabu (3/7), mengatakan, buku itu hanya ada di Malaysia dan kini tak dicetak ulang lagi. Carey, peneliti dari Oxford University, sudah meneliti Babad Dipanagara lebih dari 30 tahun. Buku yang disusunnya itu pernah ditawarkan kepada pemerintah dan penerbit Indonesia, tetapi tak ada respons.

Pemerintah Indonesia belum mengambil peran menerbitkan kisah Babad Dipanagara dalam bentuk transliterasi atau terjemahan agar buku biografi yang ditulis Pangeran Dipanagara itu bisa diakses masyarakat.

Ada pun versi lain Babad Dipanagara —yang ditulis oleh Dipanagara sendiri selama masa pengasingan (autobiografi)—adalah salah satu dari tiga naskah Indonesia yang baru saja diakui dan diumumkan UNESCO sebagai Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World) pada 20 Juni 2013. Naskah autobiografi ini disalin dari aslinya yang dimiliki keluarga Dipanagara di Makassar. Salinan dibuat oleh pelajar Sastra Kuna Jawa dan anggota kehormatan dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (komunitas pecinta seni dan ilmu pengetahuan bagi warga batavia), A.B. Cohen Stuart (1825-1876).

Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan, yang terlibat dalam proses pengajuan ke UNESCO mengatakan, langkah mengenalkan isi Babad Dipanagara perlu serempak. Itu bisa dengan melengkapi buku sejarah di sekolah, mendorong lebih banyak penelitian sejarah abad ke-19, dan lain-lain.