Adikarya Gaudi: Bangunan Keajaiban Alam Barcelona

By , Jumat, 5 Juli 2013 | 13:30 WIB

Sepenuhnya dibiayai oleh sumbangan pribadi dan pendapatan pariwisata, dengan perlahan pembangunan Katedral Sagrada Familia di Barcelona, Spanyol, hampir selesai. Satu kali lirikan pada tata letak dan desain gereja tersebut akan mengungkapkan keajaiban imajinatif dari teknik bangunan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Arsitek Antoni Gaudí, sang perancang arsitektur La Sagrada Familia seringkali berkata, "Klien saya tidak terburu-buru." Memang premis Gaudí dalam membangun sangat sederhana: Jika semesta raya ini ciptaan Tuhan, dan arsitektur juga berasal dari apa yang ada di alam, maka merancang bangunan dengan didasari karya buatan alam adalah sebuah cara menghormati Tuhan.

Inilah keistimewaan Gaudí, ia dikenal memiliki visi yang selalu terinspirasikan oleh religiusitas serta kecintaannya akan alam.

Setelah mengamati kesempurnaan fungsi masing-masing di alam, Gaudí pun memanfaatkan putaran permukaan dan landasan melengkung sebagai dasar organik struktur bangunannya. Kolom, gerbang lengkung, dan tangga, semua merupakan cabang dari gagasan rancangan alam ini.

Dalam perjalanannya mencari kolom yang sempurna, Gaudí mempelajari uliran dari banyak tanaman—pola-pola yang membiarkan dedaunan menerima cahaya matahari dan memberikan kekuatan struktural. Hasilnya, kolom-kolom karyanya merupkan pola distribusi berat alami pepohonan. Kolom-kolom Gaudí, yang juga dirancang untuk menampung cahaya buatan, meniru luka yang terbentuk secara alami saat sebuah dahan pohon tergurat.

Contoh lain adalah tangga yang berbentuk spiral. Spiral—yang ditemukan pada tanaman, hewan, sistem planet—merupakan bentuk dan tema berulang di dalam karya Gaudí.

Konstruksi gereja dimulai pada 1882, dan Gaudí dipercaya menjadi arsitek utama gereja pada 1883. Sebelas tahun setelah peletakan batu pertama, kubur bawah tanah, dan apse (istilah arsitektur untuk kubah atau poligonal) gereja selesai.

Gaudí memasangkan jendela-jendela pada kuburan bawah tanah gereja untuk menerima cahaya masuk. Sampai saat ini, baru dirinyalah yang dikuburkan di sana. Ia wafat di Barcelona pada 1926.

Tahun 1936, Perang Sipil Spanyol pecah dan menyebabkan banyak model 3-D Gaudí dibakar. Namun saat Perang Sipil ini berakhir pada 1939, pembangunan dimulai kembali berdasarkan model yang tersisa.

Mark Burry, seorang arsitek dari Australia, mengutarakan pendapat. Menurut Burry yang sudah bergelut ikut mengerjakan proyek La Sagrada Familia selama 31 tahun ini, model rancang mengandung segenap DNA bangunan.

"Model itu jawaban Gaudí atas tantangan setiap arsitek— menghasilkan ide yang begitu kompleks, lalu menangkap keseluruhan ide dan menjelaskannya secara lengkap agar orang lain dapat paham, dan bisa meneruskan [pekerjaan] setelah kematianmu," jelasnya. Burry juga menggunakan alat bantu gambar-gambar serta teknologi komputer untuk menerjemahkan rancangan Gaudí.

Pada 2010 lalu, Paus Benediktus XVI telah menahbiskan basilika. Kini pembangunan diteruskan dan menara-menara utama gereja dijadwalkan akan selesai hingga tahun 2020. Menara ini hampir menggandakan total tinggi bangunan tersebut.