Ikan air tawar terbesar di dunia sedang mengalami masalah. Ahli biologi Zeb Hogan tengah mengidentifikasi dan melindungi sebanyak mungkin—sebelum ikan-ikan itu lenyap selamanya.
Saya mencintai dunia air sejak masih kanak-kanak. Saya tumbuh besar di Arizona, di mana orang belajar betapa berharganya hal itu. Pekerjaan saya mengharuskan saya sering mencemplungkan diri ke dalam air. Saya tidak terlalu berhati-hati dengan perairan yang saya selami—kotor, dangkal, atau dalam—selama ada ikan besar di dalamnya.
Sebagai ahli biologi konservasi, saya mempelajari ikan-ikan ini. Saya menyebutnya sebagai megafish—atau ikan-ikan raksasa. Panjangnya lebih dari dua meter dan beratnya lebih dari 90 kilogram, dan pada dasarnya mereka adalah binatang langka.
Beberapa jenis ikan berada di ambang kepunahan. Dan sebagian besar dapat ditemukan di Asia. Sejauh ini, saya telah mempelajari 18 dari dua lusin spesies megafish yang sudah dikenal. Penelitian saya telah membantu International Union for Conservation of Nature (IUCN) memutuskan untuk memasukkan beberapa jenis ikan ini ke dalam daftar spesies yang terancam.
Ikan lele mekong raksasa, ikan air tawar terbesar di dunia, ditambahkan ke daftar spesies yang terancam punah milik IUCN. Nelayan Thailand menangkap seekor ikan pemegang rekor seberat 293 kilogram pada tahun 2005.
Satu abad yang lalu populasinya sekurangnya 95 persen lebih tinggi daripada keadaan saat ini. Kini, para nelayan akan sangat beruntung jika berhasil menangkap satu lusin ekor dalam satu tahun. Selama beberapa tahun malah ada yang tidak tertangkap sama sekali. Itu merupakan peringatan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Masalah-masalah utama yang dihadapi raksasa-raksasa ini adalah eksploitasi berlebihan dan degradasi habitat. Pemanenan berlebihan mengurangi populasi ikan tersebut, dan degradasi habitat akan mengakhiri riwayatnya. Saat mengunjungi Sungai Yangtze pada 2008, saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa paddlefish Cina (Psephurus gladius) berada di ambang kepunahan—barangkali mungkin sekarang sudah punah.
Tak seekor pun yang pernah terlihat sejak 2003. Bendungan besar memblokir akses menuju daerah pemijahan mereka. Namun jika ada sungai yang mengalir bebas, ikan-ikan akan tetap relatif sehat, jadi kita harus mulai berpikir untuk membiarkan agar beberapa habitat air tawar relatif utuh.
Saya sering berenang di antara banyak ikan raksasa, dan butuh waktu untuk memahami perilaku mereka. Dengan ikan sturgeon Cina, satu spesies langka terancam punah yang asalnya dari 200 juta tahun lalu, dan bisa tumbuh sampai sepanjang empat meter, Anda akan serta-merta mengetahui bahwa itu adalah sejenis ikan purba.
Ia bersikap seolah-olah Anda tidak ada di sekitarnya. Ia bahkan tidak peduli. Ikan sawfish yang juga terancam punah, yang bisa tumbuh sampai sepanjang enam meter, agak lincah. Ikan pari air tawar raksasa adalah jenis yang sangat ramah dan penuh rasa ingin tahu.
Mereka akan langsung menghampiri begitu melihat Anda membawa makanan, seperti layaknya seekor anjing. Satu hal menarik yang saya lakukan adalah menyelam dan membantu seekor ikan yang tertangkap agar membiasakan diri dengan gagasan bahwa ia tidak sedang berada di dalam jala. Mereka harus cukup kuat untuk berenang sendiri sebelum kami membebaskannya, atau mereka akan mati.
Yang paling berkesan bagi saya adalah pertemuan dengan ikan lele raksasa mekong yang terjaring oleh nelayan asal Thailand. Kami berhasil melabelinya tapi kami harus bekerja cepat. Seekor ikan lele raksasa barangkali dapat bertahan hidup selama lima menit di luar air.
Saya masuk ke dalam air dan mencengkeram bibirnya dengan hati-hati; begitulah cara termudah untuk menahannya. Fakta bahwa saya berhasil melakukannya menjelaskan bahwa ikan itu kelelahan. Namun begitu air memasuki insang dan ia menggerakkan ekornya—itu adalah pertanda baik.
Saat saya membimbing si ikan, ia berenang lebih dalam, menyeret saya ke bawah dengan sapuan lebar ekornya. Gendang telinga saya mendapat tekanan. Saya menemani ikan itu sejauh mungkin. Kemudian saya melepaskannya. Itu membuat saya percaya bahwa masih ada harapan bahkan untuk spesies yang berada di tepi jurang kepunahan tersebut.
*Zeb Hogan, 37 tahun, seorang asisten profesor di Universitas Nevada, Reno. Tulisan ini pernah ditampilkan dalam National Geographic Indonesia edisi Maret 2011.