Plastik merupakan limbah yang paling banyak ditemukan di laut. Produksinya secara global terus meningkat dan dampaknya terhadap lingkungan kelautan terus diamati. Namun pengaruh plastik terhadap ekosistem laut terbuka masih belum banyak dipahami, khususnya terkait komunitas mikrobial.
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology, peneliti menyatakan bahwa limbah plastik yang jumlahnya sangat besar di perairan di seluruh dunia telah menjadi wadah bagi komunitas ekologi baru yang disebut dengan "Plastisphere". Yang jadi masalah, habitat baru ini, khususnya pada limbah plastik yang diamati di kawasan Samudra Atlantik utara berpotensi menampung mikroba yang berpotensi membawa penyakit.
Dalam studinya, Erik Zettler dari Sea Education Association, Tracy Mincer dari Woods Hole Oceanographic Institution dan Linda Amaral-Zettler dari Marine Biological Laboratory menjelaskan bahwa plastik telah menjadi sampah paling banyak di laut dan memunculkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap kesehatan komunitas laut.
Efek merusak yang dihadirkan plastik terhadap ikan, burung-burung, dan hewan laut lainnya telah dipaparkan secara detail oleh peneliti lain. Namun, peneliti belum pernah mengeksplorasi apa yang dilakukan plastik terhadap penghuni laut kecil. Inilah yang coba diketahui oleh Zettler, Mincer, dan Amaral-Zettler.
Ternyata, mereka menemukan bahwa organisme mungil, mulai dari ganggang sampai bakteri menggantungkan hidupnya pada limbah plastik dan mengubahnya menjadi "karang mikroba" yang kaya dan berbeda dengan komunitas yang ada di perairan sekelilingnya.
Meski sebagian penghuni "karang buatan" tersebut bisa menguraikan plastik, plastik relatif mampu menyediakan rumah yang aman bagi mikroba. Limbah plastik, sebagai rumah yang cocok bagi penghuni kecilnya, ternyata membawa risiko kesehatan bagi invertebrata seperti ikan, dan bahkan manusia.
Pasalnya, plastisphere ini juga menjadi tempat tinggal bagi kelompok bakteri yang disebut dengan Vibrio. Yang jadi masalah, beberapa spesies Vibrio bisa menyebabkan penyakit seperti kolera saat mereka bersentuhan dengan manusia.