Seri Penantang Risiko: Daniel Kish, Manusia Kelelawar

By , Selasa, 16 Juli 2013 | 01:26 WIB

Seberapa luas potensi anggota-anggota tubuh kita yang belum tersentuh? Pertanyaan ini akan menggelitik Anda jika melihat kemampuan Daniel Kish. Meski nihil di indra penglihatan, tak menghalanginya melaju dengan sepeda di jalanan.

Daniel Kish terlahir dengan kanker retina. Untuk menyelamatkan hidupnya, kedua retina mata Kish diangkat saat usia 13 bulan.

Kish—yang kini berusia 47 tahun, mampu melakukan penentuan letak atau lokasi objek di sekitar. Dia berkendara, mengandalkan sonar sebagai alat navigasi. Bagai seekor kelelawar.

Semenjak matanya tidak berfungsi, langsunglah dia membuat bunyi-bunyian dengan mendecakkan lidah. Dengan merasakan gema dari suara, dapat terbantu menangkap keadaan sekitar. Teknik yang dikenal dengan sebutan human echolocation.

Kish menerangkan, gelombang suara dapat diproduksi dari decak lidah. "Gelombang-gelombang tersebut memantul ke seluruh permukaan, dan kembali ke telinga saya, samar-samar, menjadi sebuah gaung lemah."

Kemudian, lanjut dia, "Otak saya mengolah gema itu dan membangun imaji tiga dimensi lingkungan saya, ratusan meter di setiap arah. Dari dekat, saya dapat mendeteksi tiang setinggi satu inci. Dalam jarak 15 kaki, saya mengenali mobil dan semak; rumah pada 150 kaki."

Sementara dalam mendeteksi objek-objek kecil yang berada di tempat rendah atau turunan, Kish mengaku masih sulit. Oleh karenanya, digunakan pula tongkat panjang untuk mengatasi kesulitan mendeteksi.

"Buat saya mengendarai sepeda mendebarkan. Namun butuh fokus yang tinggi dan berkelanjutan terhadap akustik lingkungan. Saya berdecak sebanyak dua kali per sekon, lebih daripada biasanya saya lakukan," kata Kish.

Melalui organisasi nirlaba yang didirikannya, World Access For The Blind, cara berdecak lidah diajarkan pada 7.000 orang buta lainnya di 30 negara lebih.

"Saya percaya kapasitas echolocation laten dalam diri kita. Manusia dahulu mungkin telah menggunakan itu, ketika penerangan buatan tidak ada. Saya hanya mengembangkan satu cara untuk mengaktifkannya. Penglihatan bukan lagi di mata, melainkan dalam pikiran," ujar pemegang dua sertifikat nasional di bidang orientasi dan mobilitas ini.