Prevab: Jendela Kecil Mengintip Orangutan Morio

By , Selasa, 16 Juli 2013 | 21:12 WIB
()

Kehebohan melanda dari tepi sungai Sangatta, di Prevab, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Siang itu, orangutan morio (Pongo pygmaeus morio) jantan merambati pohon ara gendang. Dia dijuluki Agustus I, cirinya: jari tengah tangan kirinya selalu tegak.

“Jorok dia… jari tengahnya selalu tegak,” kata Ari, seorang pemandu.

Kelar mengisi perut, jantan dengan bantalan pipi tebal ini istirahat. Dia rebah pada sarang yang tidak terlalu tinggi. “Kalau sudah begitu bakal lama,” ujar Ari, “bisa empat jam.”

Rehat siang, dinaungi tajuk pohon, menjadi kebiasaan orangutan. Namun Ari curiga, Agustus I cuma bermain sandiwara. “Dia pura-pura cuek, biar kita pergi. Kita juga pura-pura cuek saja.”

Ketimbang dua kerabatnya: P. p. wurmbii dan P. p. pygmaeus, dan orangutan sumatra (P. abelii), orangutan morio lebih lazim turun ke tanah.

“Selain tak ada pemangsa, berjalan di atas tanah lebih cepat untuk pindah dari pohon ke pohon,” tutur Edy Purwanto, staf Taman Nasional Kutai.

Orangutan morio yang dijumpai di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur (Dwi Oblo/NGI)

Sebagai penghuni pohon yang selalu bergerak,ada tiga pola jelajah orangutan. Jantan muda cenderung mengembara. “Biasanya jantan muda yang mencari jati diri,” terang Edy. Setelah merasa mampu, jantan kelana akan bersaing dengan jantan dewasa untuk kawin dengan betina.

Jantan dewasa cenderung penglaju, yang memiliki beberapa betina. “Daerah jelajahnya tak terlalu luas dan tetap, dia bolak-balik antar-tempat,” lanjut Edy.

Secara teratur, para penglaju selama hidupnya, beberapa waktu melakukan penjelajahan. Sementara itu, betina dengan anaknya cenderung menetap di daerah tertentu.

Selama dua hari di Prevab, saya berjumpa tiga orangutan morio: Bayur serta anaknya, dan Agustus I. Inilah yang membuat Prevab unik: mengamati orangutan liar. Berbeda dengan Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, yang menyajikan orangutan dalam pemulihan untuk diliarkan kembali.

Meski terdengar lirih di dalam negeri, reputasi Prevab telah berkibar di dunia internasional. Para pengunjungberasal dari Prancis, Belanda, Inggris, Afrika Selatan, Jerman dan Australia. Itu baru daftar pada selembar halaman pada buku daftar tamu Prevab.

Wisatawan manca terkesima dengan kehidupan bebas orangutan morio. Apalagi peluang berjumpa orangutan liar begitu besar, 90 persen. “Kalau tidak bertemu, itu benar-benar nahas, apes,” kata Haryadi, staf taman nasional.

Interaksi manusia dengan makhluk ini lebih bersifat emosional: sabar, tahan menunggu, dan kucing-kucingan. Pada musim buah sengkuang, seputar Juli – Agustus, beberapa orangutan bisa mengerumuni pohonnya. Ketika pepohonan berbuah ranum, berjumpa orangutan begitu gampang.

Mengakrabi orangutan segampang bertandang ke rumah tetangga sebelah. Ritme kehidupannya bisa diamati sepanjang hari: sejak pagi, siang, hingga petang.Prevab ibarat etalase yang memajang denyut belantara tropis Kalimantan Timur dengan segala isinya.