Lapisan Pembungkus Berbahan Ramah Lingkungan untuk Awetkan Daging

By , Senin, 22 Juli 2013 | 13:00 WIB

Kemasan bagi daging tidak hanya harus mempertahankan kondisi daging, tapi juga aman bagi kesehatan dan tidak merusak lingkungan. Bila kemasan serupa film plastik untuk daging bisa terbuat dari bahan makanan, tentu akan lebih baik.

Perspektif itulah yang mengantar mahasiswa-mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor menemukan teknologi edible film dari buah lindur (Burguiera gymnorrhiza) yang bermanfaat untuk menjaga kesegaran dan keawetan daging sapi.

Edible film adalah suatu lapisan tipis dan kontinu, terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan untuk melindungi produk yang dikemas.

"Untuk menjaga kesegaran daging sapi dan aman bagi kesehatan, bisa kita memanfaatkan buah lindur—untuk lapisan pembungkus," ungkap Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian, Siluh Putu Sri Dia Utari, dalam siaran pers yang dikirim pada Jumat (19/7) lalu.

Mahasiswa lainnya ialah Riyan Adi Priyanto, Mawaddah Renhoran, Tubagus M. Gia Ginanjar, serta Annisa Shylina. Edible film mampu mempertahankan kualitas warna dan menjaga daya awet daging sapi. Terlihat dari hasil pengujian warna, pH, dan Total Plate Count (TPC) selama penyimpanan dua hari pada suhu ruang.

Menurut Siluh, adanya edible film yang ditambahkan antibakteri kitosan untuk pengemas daging sapi dapat berfungsi sebagai barrier atau penghambat pertumbuhan bakteri. "Selain itu juga berfungsi melapisi pada permukaan bahan pangan, dibandingkan dengan tanpa pengemas maupun dengan pengemas plastik selama penyimpanan pada suhu ruang," ujarnya.

Produk teknologi ini berpeluang tinggi untuk menghasilkan industri dan bisnis baru. Sebab edible film tak berbahaya bagi produk yang dikemas maupun bagi kesehatan, serta bersifat ramah lingkungan karena berbasis pati dari buah lindur dan dapat diperbaharui.

Siluh memaparkan, proses pembuatan edible film buah lindur cukup sederhana. Diawali dengan proses ekstraksi pati dilakukan dengan pengupasan kulit buah, kemudian direndam dan dicuci kemudian dilakukan disintegrasi dengan penambahan air berbanding 1:2 dan disaring.

Setelah penyaringan dilanjutkan proses sedimentasi, pencucian, sentrifugasi, dan akhirnya didapatkan ekstraksi pati. "Pembuatan edible film dimulai dengan pemanasan pati yang diaduk pada suhu 70 derajat Celcius selama 15-20 menit, pada saat yang bersamaan dilakukan pemanasan karagenan hingga suhu 70-80 derajat Celsius," katanya.

Kemudian, lanjut Siluh, dilakukan pencampuran keduanya pada suhu 80-90 derajat Celsius. Gliserol ditambahkan pada larutan campuran tersebut sambil diaduk dan dipanaskan.

Larutan edible film dicetak pada plat kaca dan ditambahkan antibakteri kitosan. Edible film yang sudah tercetak kemudian dikeringkan pada suhu 60 derajat Celsius selama lima hingga enam jam. Lalu tinggal mengaplikasikan edible film yang terpilih pada daging sapi sebagai pengemasnya. Hasilnya tepung pati buah lindur dapat digunakan sebagai edible film.