Kenangan Jelajah Rokan Hulu (1)

By , Rabu, 24 Juli 2013 | 08:00 WIB

Angin bertiup menyegarkan di tengah pancaran sinar Matahari yang terik, saat perahu motor (disebut warga setempat sebagai perahu pancung) akhirnya tiba di Desa Tibawan, Rokan Hulu Kiri. Dermaga tempat saya berdiri bukanlah jenis permanen, melainkan semacam perahu getek besar yang berfungsi menyeberangkan warga serta motornya dari satu tepi sungai ke tepian lainnya.

Saya tiba setelah perahu pancung mengarungi Sungai Rokan Kiri, melintasi Sungai Cipang dan Mentawai sekitar dua jam lebih. Lamanya perjalanan ini tidak terasakan, karena terpukau keelokan cadas-cadas Rokan sepanjang aliran sungai. Lebih lama lagi bila penjelajahan ini dihitung sejak keberangkatan.

Saya terbang dari Jakarta menuju Pekanbaru atas undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Riau. Dari Pekanbaru naik bus selama empat jam sampai ke Ujungbatu, dilanjutkan satu jam lagi berkendaraan menuju dermaga penyeberangan di Kecamatan Rokan IV Koto.

Alternatif bagi yang ingin bepergian sendiri: Dapat menggunakan travel dari Pekanbaru ke Pasirpengaraian, diteruskan ke Ujungbatu serta dermaga penyeberangan yang sama. Selanjutnya, mirip perjalanan kami, mengarungi sungai menggunakan perahu pancung berkapasitas sebelas kursi.

Warga Desa Tibawan menyambut kedatangan kami dengan suka cita. Ibu-ibu menyiapkan hidangan di dapur terbuka yang dibuat di belakang rumah, sementara para bapak bercakap-cakap dengan kami. Radius, sang kepala desa memaparkan bahwa desa ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Barat sejauh 17 kilometer. “Rokan Hulu sendiri adalah satu kabupaten di Provinsi Riau Dataran, dengan ibu kota Pasirpengaraian,” imbuhnya.

Nama Rokan tercatat sejak masa kerajaan Rokan Tua sekitar abad ke-13 Masehi. Tiga abad sesudahnya, berdiri beberapa kerajaan kecil menyusul runtuhnya kerajaan awal. Dikenal tiga kerajaan kecil di Rokan Hilir dan lima kerajaan kecil di Rokan Kanan.

Di masa kini, Kabupaten Rokan Hulu terdiri atas 16 kecamatan dengan batas wilayah Kabupaten Rokan Hilir (utara), Kabupaten Kampar (selatan dan timur), Provinsi Sumatra Barat dan Sumatra Utara (barat). Warga Rokan Hulu adalah masyarakat Melayu Pedalaman yang memegang adat istiadat Islam dengan pengaruh akar kebudayaan Hindu.

Ada tiga sungai besar yang melintasi Rokan Hulu dan bermuara di Rokan Hilir, yaitu Sungai Rokan Kanan, Rokan Kiri dan Batang Sosah. Kedalaman sungai rata-rata mencapai enam sampai delapan meter dengan lebar 92 meter. Daya tarik bentang alam hijau di dataran tinggi serta deretan batuan vulkanis di sepanjang aliran sungai inilah yang akan dijadikan suguhan pariwisata oleh Disbudpar Provinsi Riau. 

Dari seremoni ramah tamah, acara berikutnya adalah santap siang. Saat  yang sangat ditunggu, apalagi untuk mencicipi berbagai hidangan khas nan sedap: ikan silimang dibuat balado dengan cabai merah, anyang botiak atau semacam lodeh pepaya lengkap—mulai daun, bunga sampai batang mudanya semua dimasak, rujak nanas berbumbu pisang batu, sawut singkong dan bubur kacang hijau. Yang unik, saat mencari teh tawar hangat untuk menetralkan lidah dari berbagai hidangan bercitarasa kaya, saya tidak berhasil mendapatkan. Yusri Syam, staf pariwisata Disbudpar Rokan Hulu mengungkap, “Adat di sini, tamu harus disuguhi minuman manis sebagai pertanda tuan rumah tidak pelit dan menerima dengan tangan terbuka. Bila disuguhi tanpa gula, dikhwatirkan tamu merasa diterima ogah-ogahan! Kalau air putih ada, tetapi harus diminta.”

Saya pun tersenyum mendengar penuturannya. Kami beristirahat sejenak sebelum memulai petualangan ke jeram-jeram Rokan. Ikuti kisah selanjutnya di bagian kedua artikel ini.