"Bahkan [mengenali] badak jantan dan betina saja tidak terlalu jelas. Untuk tahu harus dirangsang," cetus Prof. Hadi Sukadi Alikodra. Menurut Guru Besar Bidang Manajemen Satwaliar di Fakultas Kehutanan IPB sekaligus Senior Advisor WWF-Indonesia itu, pengetahuan teknis konservasi badak Indonesia termasuk langka, di samping spesiesnya yang tergolong langka dan terancam punah.
Terdapat lima spesies badak yang masih tersisa di dunia, dan Indonesia punya 2 di antaranya: badak jawa (Rhinoceros sondaicus), dan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis).
Namun kedua spesies ini berstatus kritis. Kini badak sumatra mengalami penurunan populasi hingga 82% dalam kurun 20 tahun terakhir, ditaksir tersisa 200 individu, yang tersebar di Taman Nasional Leuser Aceh, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung, serta Way Kambas Lampung. Sementara badak jawa yang tersisa terbatas di kawasan Ujung Kulon, dengan jumlah pada kisaran maksimal 40-50 individu.
WWF-Indonesia bersama Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan International Rhino Foundation (IRF) menggandeng sejumlah ahli yang bekerja di bidang konservasi badak, menerbitkan sebuah buku tentang teknik konservasi badak di Indonesia.
"Hilangnya badak di Indonesia berarti hilangnya spesies ikonis tanah air—tak dapat memberikan kesempatan untuk mempelajari pada anak cucu kita," ujar Efransjah, CEO WWF-Indonesia, dalam acara peluncuran buku tersebut di Balai Sarwono, Jakarta, Rabu (24/7).
"Buku ini adalah informasi. Kami menyadari perlunya proses pembelajaran untuk menjaga badak," jelas Alikodra yang sudah berkecimpung di ranah pelestarian badak selama 14 tahun tersebut.
Ditulis oleh mulai dari para praktisi sampai peneliti berbagai institusi, Teknik Konservasi Badak Indonesia memuat segala hal yang dianggap penting mengenai spesies badak berdasarkan penelitian bertahun di konservasi in-situ maupun ex-situ badak; seperti morfologi badak, penyebaran populasi, habitat dan perilaku, persaingan ekologi, perburuan, protokol penyelamatan, dan penangkaran badak.
Alikodra mengatakan, "Kami harap populasi badak stabil setidaknya, sementara belum ada peningkatan mencengangkan."
Widodo Ramono, Direktur Eksekutif YABI yang juga penulis utama dalam buku mengungkapkan, "Dengan buku yang diharapkan meningkatkan wawasan akan pentingnya konservasi, menjadi mendorong kerja sama lebih baik bagi pemangku kepentingan dalam upaya penyelamatan badak Indonesia."
Seruan akan pentingnya kerja sama dan dukungan internasional secara khusus telah disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat pencanangan tahun badak internasional bersama IUCN pada 2012. Saat itu, dinyatakan bahwa pelestarian badak hendaknya selaras dengan pembangunan berwawasan lingkungan.