Kerusakan Ci Liwung semakin bertambah. Peneliti dari Universitas Indonesia sekaligus anggota Komunitas Ciliwung, Muhamad Muslich, mengungkap, "Pada Juni 2013 yang lalu, bersama-sama kami mengadakan penelitian Jelajah Taman Keanekaragaman Hayati Ciliwung. Kondisi Ci Liwung sepanjang bantaran dipenuhi titik-titik gunung sampah. Serta tercatat 215 titik pembuangan sampah mulai dari Bojong Gede di Bogor hingga Simatupang-Jakarta."
Penelitian tersebut juga mencatat 88 pelanggaran oleh pembangunan pemukiman di bantaran. Enam titik lainnya masih dalam proses pengurukan bantaran untuk kompleks perumahan baru. Sumber limbah rumah tangga dan industri tercatat sebanyak 127 titik.
Kondisi Ci Liwung saat ini semestinya menjadi perhatian serius dari semua pihak. Terlebih Ci Liwung mempunyai sejarah yang bagus pada zamannya, di mana Ci Liwung jadi jalur tranportasi para pedagang bambu dari kawasan Bojong Gede dan Depok menuju Jakarta.
(Baca: Perbedaan Penulisan Ci Liwung dan Ciliwung)
Kondisi DAS Ci Liwung juga kian memprihatikan. "Kita sebagai warga negara perlu menuntut tanggung jawab pemerintah untuk mengembalikan fungsi hutan dan situ sebagai daerah tangkapan air dan penampung air sementara yang melindungi kawasan di bawahnya," kata Hari Yanto, Staf Program Daerah Tangkapan Air (DTA) Forest Watch Indonesia.
Berdasarkan laporan terakhir FWI tahun 2012, kondisi tutupan hutan di DAS Ciliwung yang tersisa hingga saat ini juga tinggal 12 persen dari total luas kawasan daerah aliran sungai.
Yanto yang melakukan pengecekan lapangan pada April 2013 ini menemukan kondisi situ yang berada di dalam DAS Ciliwung tak ubahnya kubangan air yang dipenuhi oleh tumpukan sampah dan mengalami pendangkalan.
"Kami menemukan kondisi 22 situ dan empat rawa tidak akan mampu menahan air jika musim hujan tiba. Selain itu, jumlah situ yang kami temui di lapangan sudah berbeda dengan data jumlah situ yang dimiliki Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian PU pada tahun 2007," ujarnya. BBWSCC mendata ada sekitar 20 situ termasuk dalam DAS Ciliwung.
Sudirman Asun dari Ciliwung Institute menambahkan, sekarang selain Ci Liwung tercemar oleh limbah industri tahu dan sampah rumah tangga, kondisi bantaran pun telah banyak diuruk para pengembang perumahan mulai dari Kabupaten Bogor hingga Kota Depok. Hutan bambu di bantaran Ci Liwung juga terancam oleh para pengembang yang berniat membangun perumahan.
Sungai Ciliwung mengalir sepanjang 117 km dari wilayah hulunya di Cagar Alam Telaga Warna, Puncak hingga bermuara di Teluk Jakarta. Aliran sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta.