Tahukah Anda, bahwa lampu neon atau lampu pijar mengandung air raksa atau merkuri?
Kandungan merkuri mengakibatkan lampu neon sukar didaur ulang, juga merusak lingkungan. Tidak kurang dari 40 negara, yang dipelopori Australia, Kanada dan Amerika sudah mulai mengurangi pemakaian lampu jenis ini. Hingga akhirnya penjualannya dilarang. Sebagai penggantinya, masyarakat disiapkan untuk beralih ke lampu CFL (Compact Fluorescent Light).
Apa kelebihan CFL dibandingkan lampu pijar? CFL hanya memakai 75% energi. Jika pemakaian berkurang maka kebutuhan energi pun bisa dihemat secara signifikan.
Pembayaran rekening listrik lebih murah. Dan yang terpenting, lebih ramah lingkungan karena mengurangi efek rumah kaca.
Namun CFL ternyata juga tidak 100% bebas air raksa. Setiap CFL mengandung 5 miligram air raksa dalam wujud uap. Sepintas, jumlahnya memang hanya sedikit. Namun jika sebuah lampu CFL pecah, maka air raksanya akan tersebar melalui udara, terhirup dan mengakibatkan kerugian bagi makhluk hidup.
Meski demikian, menurut analis perubahan iklim dari World Wide Fund for Nature (WWF), Keith Stewart, meskipun CFL mengandung air raksa, namun lampu itu masih menjadi pilihan yang baik, karena air raksa itu dapat diambil dan digunakan kembali.
Saat ini ada pilihan lampu yang jauh lebih efisien dari pada CFL, yaitu LED (Light Emitting Diode). Dan bandingkanlah: jika sebuah bola lampu biasa memerlukan 60 watt untuk menerangi sebuah ruang, sebuah CFL menggunakan 15 watt, dan LED hanya memakai 3 watt atau 4 watt.
Lampu LED tidak mengandung air raksa, juga dapat didaur ulang sehingga mengurangi emisi karbon dioksida yang terserap atmosfer. Meski harga lampu LED masih terbilang mahal, tentu lebih bertanggungjawab untuk memilih lampu yang aman dan baik bagi jiwa dan lingkungan. Setuju?