Situ-situ yang Tak (Lagi) Luas dan Tak (Lagi) Dalam

By , Senin, 29 Juli 2013 | 02:18 WIB
()

Sejatinya hutanlah yang berfungsi sebagai lingkungan penyangga untuk terminal-terminal air sungai, baik yang alami (danau, rawa) maupun buatan (waduk, situ).

Menurut paparan Hari Yanto, seorang aktivis Forest Watch Indonesia, pada DAS Ciliwung yang berada di wilayah Bogor–kota dan kabupaten– wilayahnya yang masih memiliki tutupan hutan tinggal 3.565 ha (12,22 persen) dari luas DAS di wilayah ini hanya 29.1886 ha.

Pada DAS Ciliwung yang berada di wilayah Jakarta sama sekali tidak ada tutupan hutan. Padahal sedikitnya tutupan hutan 30 persen dari luas area. Ini juga satu hal yang diangkat pada saat diskusi bersama Ciliwung Institut dan Komunitas Peduli Ciliwung dalam rangka Hari Sungai Nasional, di Balekambang, Condet, Sabtu (27/7) lalu.

"Penelusuran lapangan bulan April dan Mei tahun 2013 dilakukan untuk melihat kondisi situ, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kualitas lingkungan pada daerah tangkapan air DAS Ciliwung," ungkap Hari.

"Melihat keadaan situ-situ dalam DAS Ciliwung, kok masyarakat seolah-olah tidak melihat dan memanfaatkan jasa situ," tambah peneliti yang sudah hampir 10 tahun terakhir ini giat dalam pelestarian Ci Liwung.

Situ Pladen (Beji) di Depok. Sekeliling danau dipadati permukiman, sempadan situ pun telah hilang.

Dari total 22 situ, hanya ada tiga situ yang masih terjaga dan bebas dari pendangkalan dan permasalahan sampah. Sedangkan 19 situ yang berdekatan dengan permukiman penduduk kondisinya sangat tidak baik, sampah menumpuk memenuhi dan pendangkalan terjadi di 19 situ tersebut. Selain mempengaruhi kedalaman situ, sampah yang melebar sampai 50 meter pun membuat luas lahan situ berkurang.

Tekanan yang dihadapi situ berbagai macam, antara lain ditemukan pendangkalan dan praktik penyerobotan lahan untuk permukiman. Seperti Situ Salam, sebuah situ di Kelurahan Kedunghalang-Kota Bogor, saat ini telah beralih fungsi menjadi perumahan.

Situ Villa atau Anggelena telah dibuat untuk menggantikan fungsi situ yang berubah. Namun berdasarkan pantauan, pendangkalan karena sampah juga terjadi di Situ Villa.

Idealnya situ seperti Telaga Warna, berada di dalam kawasan lindung. "Contoh lain Telaga Saat, buat kami juga masih kurang baik karena letaknya berada di dalam lokasi perkebunan teh," kata Hari.

Solusi masyarakat

Menanggapi masalah dari hasil penelusuran tersebut, Erna Witoelar, dari Gerakan Ciliwung Bersih, yang turut hadir di diskusi mengungkapkan, "Saya rasa sekarang, kita semua di sini perlu memikirkan, solusinya apa? Selama ini masih lebih banyak solusi dari pemerintah, top-down. Misalnya persoalan limbah cair. Solusi tersebut bukan solusi yang merupakan masukan masyarakat."

Ia menyarankan agar solusi pemerintah diimbangi solusi dari masyarakat pula. "Dari yang kecil-kecil yang bisa kita lakukan, maka kalau itu direplikasi, bisa dimasukkan menjadi program yang didukung pemerintah, jadi berlanjut pada sistem."

Erna mendorong dialog antara pemerintah dan masyarakat. "Kita harus terus mencari solusi berbasis masyarakat," pungkasnya.