Dua Kali Berturut-Turut Ambon Terendam Banjir

By , Kamis, 1 Agustus 2013 | 13:25 WIB

Korban banjir dan longsor di Ambon, Maluku, sementara ini dilaporkan mencapai 12 orang tewas, puluhan orang warga luka-luka, dan 8.000-an orang warga yang harus mengungsi.

Bencana ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mulai hari Selasa (30/7) pukul 02.00 WIT, dini hari. Banjir melanda di sejumlah lokasi di Ambon. Air meluap dari lima sungai besar yang melintasi Kota Ambon. Sedikitnya 20 lokasi tanggul di lima sungai tersebut, jebol.

Tim SAR sudah memulai pencarian korban banjir Ambon dari Pelabuhan Yos Sudarso Ambon sekitar sekira pukul 02.00, jelang Rabu (31/7). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Rabu, mengatakan, petugas di lapangan masih terus mencari, mengamankan, dan mengevakuasi korban.

Perkembangan terakhir, Sutopo menjelaskan pada Kamis (1/8) siang ini, bantuan logistik sebanyak 24 ton telah dikirimkan untuk didistribusi ke korban di wilayah bencana. Para pengungsi tersebar di lima buah kecamatan: Nusaniwa, Sirimau, Banguala, Teluk Ambon, dan Leitimur Selatan. Walikota Ambon telah menetapkan 14 hari masa tanggap darurat bencana.

Tahun lalu, pada 1 Agustus 2012, Kota Ambon juga diterjang banjir yang mengakibatkan hingga setidaknya sepuluh orang tewas karena terseret air bah maupun terkena longsor. Pascabencana, Pemprov Maluku telah berjanji akan merehabilitasi total sejumlah daerah rawan banjir khususnya kawasan Batu Merah, Kota Ambon. Ini dilakukan mengingat setiap tahunnya banjir selalu berulang di Batu Merah.

Pihak BMKG Stasiun Meteorologi Bandar Udara Pattimura, Ambon menyatakan, intensitas hujan saat banjir dan longsor mencapai 333,4 milimeter. Saat banjir dan longsor pada Agustus 2012 intensitas hujan tercatat berkisar 350 milimeter. Namun banjir di Ambon kali ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi, bahkan lebih parah dari banjir pada Agustus 2012.

Kepala BMKG Pattimura, Sulimin, mengutarakan kalau hujan lebat masih harus diwaspadai sampai pekan depan. Hujan dengan intensitas 300-400 milimeter diperkirakan terjadi hingga September.

Menurut Kepala Pusat Studi Lingkungan di Universitas Pattimura Ambon, Abraham Tulalessy, faktor penyebab banjir dan longsor —bukan sekadar tingginya intensitas hujan— adalah maraknya peralihan fungsi kawasan resapan air di daerah perbukitan, menjadi lokasi hunian.