Kepadatan Populasi Harimau Sumatra yang Tak Terduga

By , Sabtu, 3 Agustus 2013 | 21:41 WIB

Cukup jarang kita mendengar kabar gembira terkait sisa jumlah harimau liar di seluruh dunia. Namun pekan ini, Panthera, organisasi konservasi kucing besar global menyebutkan, dari sebuah survey awal yang mereka jalankan, terungkap adanya jumlah populasi harimau liar yang mengejutkan di kawasan timur Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), sebuah kawasan konsesi yang dikelola oleh swasta, di Sumatra.Menurut Panthera dalam pernyataan resminya, kamera tersembunyi yang disebar telah berhasil mengungkap keberadaan kelompok harimau di pulau yang terkenal karena musnahnya hutan dan kehidupan liarnya itu.Secercah harapanPanthera memaparkan, data-data awal mengindikasikan kepadatan populasi mencapai enam ekor harimau per 100 kilometer persegi, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata kepadatan populasi harimau pulau tersebut. "Temuan ini, termasuk foto anak harimau yang terekam telah membuat Tambling, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang sangat penting bagi dunia, memunculkan secercah harapan pada harimau Sumatra liar yang kini tersisa antara 400-500 ekor saja," sebut Panthera.Tomy Winata, seorang pengusaha Indonesia, konservasionis, dan pendiri tempat pelestarian Tambling seluas 170 kilometer persegi, telah memimpin usaha konservasi harimau di kawasan tersebut sejak tahun 1996 dan baru-baru ini bekerjasama dengan Panthera untuk memasang kamera pemantau.Menurut Alan Rabinowitz, pengamat harimau dan CEO Panthera, tingkat kepadatan luar biasa harimau di Tambling merupakan wujud nyata program yang dijalankan Tomy Winata, yang tidak hanya menyediakan pelestarian harimau, tetapi juga memberikan perlindungan bagi hewan ini. "Intinya, ancaman utama bagi harimau adalah perburuan. Perburuan bukanlah penyakit yang tidak bisa kita lihat atau identifikasi. Ia bisa diatasi jika ada keinginan untuk itu," ucap Rabinowitz.Bermodalkan kebijakan tanpa ampun bagi perburuan, Tomy Winata dan timnya berhasil mengamankan kawasan yang cukup luas menggunakan sistem penegakan aturan yang efektif. Fakta ini, bersama dengan pemantauan dan ilmu pengetahuan yang baik, telah menelurkan hasil yang diinginkan; harimau kini beranak pinak. "Tambling merupakan contoh lokasi konservasi harimau yang memberikan harimau sumatra ini harapan tidak hanya sekadar pulih, namun berkembang biak," ucap Rabinowitz.Dalam pernyataannya, Panthera menyebutkan, sebelum adanya upaya TWNC, harimau Tambling merupakan korban dari maraknya perburuan dan hilangnya habitat. "Akan tetapi, pemanfaatan patroli penegak hukum yang menjalankan upaya perlindungan yang ketat, serta menjaga habitat serta populasi mangsa harimau, memungkinkan Tambling muncul sebagai situs utama bagi harimau di Sumatra dan kawasan sekitarnya. Gerakan TWNC juga telah memberi manfaat pada komunitas nelayan lokal di mana Tomy Winata memberi dukungan pada warga setempat dengan peluang kerja, memberi kontribusi pada klinik kesehatan masyarakat, sekolah, beasiswa bagi murid-murid, dan lain-lain."Mengembalikan alam"Saya melakukan semua ini karena saya yakin bahwa alam telah menyediakan apapun yang kita butuhkan untuk bertahan dan tinggal di dunia ini, sayangnya banyak orang yang meraup keuntungan dari alam untuk kepentingan pribadi tanpa memberikan apapun sebagai imbal balik. Saya berharap, upaya konservasi kehidupan liar, hutan dan kesinambungan ekosistem ini bisa menjadi contoh bagi yang lain, sehingga bersama-sama kita bisa membantu menyelamatkan alam dan tidak melupakan dari mana kita berasal," sebut Winata dalam keterangan pers Panthera.Robert Pickles, pakar kucing liar Panthera kini bekerjasama dengan tim TWNC untuk meningkatkan analisis kepadatan populasi ke kawasan utara TWNC dan mengimplementasikan analisis habitat ekstensif untuk mengetahui seberapa kuat ekosistem Tambling. Menurut Panthera, untuk memperluas jangkauan dan kemampuan proyek konservasi harimau Tambling, tim lapangan akan segera mengimplementasikan sebuah software monitoring yang disebut dengan SMART yang mampu melacak bukti-bukti aktivitas ilegal, mengevaluasi dan menerapkan upaya penegakan hukum dengan lebih baik. "Aktivitas lainnya yang akan digelar antara lain adalah membantu pemerintah daerah dengan penggambaran perbatasan kawasan dan menentukan ancaman tambahan serta solusi yang ada, di luar perburuan terhadap harimau, mangsa, dan habitat mereka," sebut Panthera.