Ekowisata Alam dan Masyarakat Bahari di Teluk Cendrawasih

By , Senin, 5 Agustus 2013 | 10:00 WIB

Meski sifatnya selalu bermigrasi, kehadiran gurano bintang atau whale shark (Rhincodon typus), senantiasa dijumpai di perairan kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua.

Dalam pelayaran kami menyusuri lepas pantai Teluk Cendrawasih, kami pun berhasil merekam spesies ikan yang terbesar di dunia ini— diduga dapat tumbuh sampai 20 meter.

Jenis hiu ini juga pemakan kril dan teri. Oleh karena itu, nelayan kerap menemukan gurano bintang untuk menyambangi perahu bagan milik mereka, mencari ikan teri tangkapan.

Namun sesungguhnya, tidak cuma gurano bintang yang dapat menjadi "jualan" ekowisata Teluk Cendrawasih. Merapat ke petak pantai berpasir putih di bagian lain sebuah pulau kecil, Pulau Purup.

Di pulau ini, terdapat laguna, sebuah danau yang memperoleh air asinnya lewat terowongan alam yang terhubung ke laut lepas. Sayang sebagian besar terumbu karang di laguna telah mati atau banyak yang patah.

Namun ikan-ikan karang kecil aneka warna masih banyak bermain di selanya. Satu hal yang paling menyenangkan adalah pada saat air sedang pasang surut pagi hari. Kita bisa meluncur sambil menahan napas sementara arus mendorong kita memasuki terowongan air keluar dari laguna, lalu timbul di laut lepas.

Di pantai pulau tak berpenghuni itulah sejumlah warga Yomakan mencari nafkah dengan mengumpulkan dan mengeringkan teripang.

Penduduk Yomakan yang berjumlah 300 jiwa bermukim di kampung di Pulau Rumberpon, Papua Barat. Lelaki kampung Yomakan bisa membuat iri para eksekutif muda Jakarta yang rajin ke pusat kebugaran.

Tubuh mereka ramping dengan bahu yang bidang, otot-otot kencang dengan wajah tampan berbingkai garis tulang rahang dan hidung tegas. Tak heran, laki-laki Yomakan mampu mengambil teriapang di dasar laut dangkal seputar pulau dengan hanya bermodalkan kacamata renang.

Aktivitas meramu dengan bentang pulau hijau dan latar laut biru bisa menjadi salah satu daya tarik. Di samping itu, adalah gereja tua di Desa Yende, Pulau Roon, yang menjadi destinasi wisata. Gereja dibangun pada 1884 dan di gereja tersebut masih tersimpan alkitab tua cetakan tahun 1898.