Ditemukan, Semut Setan Berwajah Mengerikan

By , Senin, 5 Agustus 2013 | 09:00 WIB

Menurut Jack Longino, entimolog asal University of Utah, Amerika Serikat, saat disimak di bawah mikroskop, beberapa dari teroris kecil ini memiliki rahang kuat dan gigi yang tajam yang tidak ditemukan pada semut lainnya.

"Anda bisa mendesain topeng Halloween berdasarkan semut itu," sebut Longino yang memaparkan semut-semut tersebut pada jurnal Zootaxa. "Mereka sangat mengerikan jika dilihat dari dekat. Itu membuatnya menjadi menarik," ucapnya.

Longino pun mengambil nama seorang figur mitologi suku Maya, kebudayaan purba yang meninggali kawasan Amerika Tengah untuk serangga tersebut yakni Zipacna, seorang iblis yang menyerupai buaya. Semut-semut baru tersebut diberi nama Eurhopalothrix zipacna.

Selain itu, ada pula yang diberi nama Eurhopalothrix xibalba - xibalba sendiri berarti "tempat menakutkan," mengambil nama dari dunia bawah tanah yang dikuasai oleh dewa kematian Maya. Eurhopalothrix hunhau, spesies lain semut yang ditemukan, diberi nama sesuai dengan Hunhau, dewa kematian utama dan penguasa bawah tanah Maya.

Spesies semut lain yang ditemukan diberi nama sesuai dengan penampilan fisiknya, seperti Eurhopalothrix semicapillum karena memiliki rambut di wajahnya. Semicapillum sendiri bisa diartikan sebagai "rambut parsial" dalam bahasa Latin.

Seluruh predator kecil - masing-masing berukuran lebih kecil dari beras - yang baru ditemukan itu tinggal di rontokan dedaunan di dasar hutan, di mana mereka menyantap serangga bertubuh lunak lainnya.Semut terancam punah?Longino dan rekan-rekannya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membuat katalog spesies semut tropis di Amerika Tengah, mengumpulkan berkantung-kantung tanah dan mengirimnya ke lab. "Seperti halnya hari Natal, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita temukan di sana," ucapnya.Meski demikian, tidak semua menjadi kejutan menyenangkan. Banyak dari semut-semut yang ditemukan oleh Longino tinggal di kawasan hutan tua, terisolasi dan dikelilingi oleh peradaban manusia serta lahan pertanian yang semakin berkembang. Artinya, sebagian semut-semut ini bisa jadi berada dalam bahaya kepunahan."Mungkin sulit untuk menghubungkan berapa pentingnya sebuah spesies semut kecil yang tinggal di dedaunan," ucap Longino. "Tetapi kami ingin orang-orang memikirkan target yang lebih luas yakni mengetahui biodiversitas yang ada di dunia saat kita masih punya kesempatan," ucapnya.