Budaya Sajian Ketupat Nusantara

By , Kamis, 8 Agustus 2013 | 10:25 WIB

Ketupat sudah lama dikenal dalam tradisi masyarakat di tanah Jawa. Tradisi itu disebut Bado Kupat, yang jatuh seminggu setelah Lebaran. Saat itu, masyarakat membuat ketupat untuk diantarkan kepada orang yang dihormati atau dituakan. Indonesia yang terdiri atas beragam suku ternyata memiliki budaya menyajikan ketupat yang berbeda-beda. Anda ingin tahu tradisi ketupat di daerah lain?* Beberapa daerah di Jawa, kadang menggantungkan ketupat di daun pintu untuk menolak bala. Sementara di Bali, ketupat digunakan sebagai pelengkap sesajen.* Kerbau, burung, hingga nanas, merupakan bentuk ketupat berisi beras yang digunakan masyarakat Ternate, Maluku Utara, saat melakukan  upacara Saro (doa atau berkah) yang masing-masing memiliki arti. Kerbau perlambang pria yang harus bekerja keras dan bertanggung jawab. Nanas, lambang perempuan yang dapat hidup di mana saja, mengikuti sang suami. Sementara burung, lambang rezeki. Makanan ini tak hanya digunakan dalam adat pernikahan, namun juga pada upacara khitanan dan Malam Wadaka (malam jejaka -calon pengantin pria).* Beragam jenis ketupat yang ada di tanah air mempunyai sebutan yang sangat beragam. Masyarakat Sumatera Barat menyebutnya katupek ketan kapau, orang Tegal di Jawa Tengah mengatakan dengan sebutan ketupat glabed, bongkok, dan blegong. Orang Betawi dengan ketupat bebanci, sedang warga Solo ketupat cabuk rambak.* Daun merupakan pembungkus utama beras nasi atau ketan yang direbus. Ketupat menggunakan daun kelapa yang dianyam, sementara daun pisang dipakai untuk membungkus lontong yang berbentuk silinder atau lipatan. Beberapa daerah menggunakan pandan berdaun besar agar berasnya lebih harum.