Penemuan Sarkofagus Kuno dari Peradaban Minoa Berumur 5.500 Tahun

By Galih Pranata, Sabtu, 21 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Sarkofagus Minoa yang ditemukan di wilayah Haghia Triada (Ayia Triada) pada 1903. (Carole Radatto/Archaeological Museum of Heraklion)

Nationalgeographic.co.id—Sisa peradaban Minoa dalam laporan yang ditulis oleh Ian Winsdale pada artikelnya berjudul Ayia Triada pada 2013, ditemukan dalam jumlah besar di wilayah Haghia Triada, Yunani. Wilayah tersebut diekskavasi dari perbukitan yang berada di ketinggian 30-40 mdpl, sebelah barat Phaistos (Kota di Yunani). Peradaban Minoa diperkirakan telah ada sekitar 3500 SM, di era Perunggu atau Bronze Age. Para ilmuwan menyebutnya sebagai Pre-Palatial.

Seorang arkeolog berkebangsaan Italia, Roberto Paribeni berhasil menemukan Sarkofagus kuno yang diperkirakan telah eksis sejak 5.520 tahun yang lalu. Ia bersama timnya, menemukan sarkofagus kuno di wilayah Haghia Triada pada tahun 1903. "Penemuan itu dapat membuktikan bahwa Peradaban Minoa yang maju dan kaya pernah hidup di wilayah Haghia Triada, di tengah Pulau Kreta," tulis Livingston V. Watrous dalam jurnalnya yang dimuat dalam JSTOR berjudul Ayia Triada: A New Perspective of Minoan Villas, publikasi tahun 1984.

Watrous dalam tulisannya menggambarkan bahwa di bawah tanah Haghia Triada, Pulau Kreta, terdapat peradaban besar berupa istana dan vila. Wilayah yang telah berhasil diekskavasi memiliki luas sekitar 135 kali 135 meter. Puing sisa reruntuhan peradaban Minoa merupakan bukti dari bencana besar yang menimpanya. Diperkirakan pada 1450 SM, Mycenaean menggempur pemukiman Minoa dan meluluhlantakkannya.

Baca Juga: Peradaban Tertua di Dunia dan Benua Kumari Kandam yang Hilang

Paribeni yang tergabung dalam Scuola Archeologica Italiana di Atene, berupaya untuk melakukan riset mendalam untuk menemukan bukti arkeologi dari kehancuran Minoa. Hasil risetnya menunjukan bahwa ditemukannya Sarkofagus yang dicat seutuhnya dan merupakan satu-satunya peninggalan minoa yang memiliki aneka warna. Panjangnya 1,3 meter dengan lebar 0,45 meter atau 45 sentimeter. 

Melansir artikel Dr. Senta German yang berjudul Haghia Triada Sarcophagus, terbit pada 2018, menjelaskan kompleksitas gambar yang terdapat pada dinding objek. "Sarkofagus tersebut diukir dengan dekorasi layaknya dinding modern dan menggambarkan adegan naratif yang kompleks," tulisnya. Salah satu bagian terpanjang pada dinding objek, menggambarkan prosesi pemakaman yang dilakukan orang Minoa. Di bagian kiri objek terdapat dua wanita dan diikuti seorang pria, sedangkan di bagian yang menghadap ke kanan terdapat empat sosok pria.

Lukisan atau relief pada dinding sarkofagus, penggambaran ritual kematian Minoa sekitar tahun 1400 SM. (Olaf Tausch)

Bagian paling ujung kiri, menggambarkan seorang wanita dengan rok kulit dengan motif yang rumit, dengan lengan pendek terbuka, sedang menuangkan bejana ke dalam bejana yang lebih besar. Di belakangnya terdapat seorang wanita yang membawa bejana yang lain untuk dituangkan, disusul seorang pria dibelakangnya yang tengah memainkan kecapi dengan motif jubah yang rumit.

Baca Juga: Arkeolog Ungkap Isi Sarkofagus Misterius yang Dianggap Terkutuk

Pada bagian kanan, terdapat 3 orang pria yang masing-masing membawa persembahan. Ketiga pria tersebut membawa patung sapi berbintik hitam dan sapi hitam legam, serta model perahu. "Persembahan-persembahan itu ditujukan pada seorang pria dengan posisi berlawanan menghadap ketiga pria. Ia tidak memiliki kaki, diduga merupakan patung, mewakili seseorang yang telah meninggal," tulisnya. Patung tersebut dihias dengan jubah dan mengenakan mahkota sebagai bentuk penghormatan. 

Penggambaran tersebut mengidentifikasi prosesi pemakaman yang dilakukang orang-orang Minoa, sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum. Paula L. Martino dalam jurnalnya berjudul Egyptian ideas, Minoan rituals: evidence of the interconnections between Crete and Egypt in the Bronze Age on the Hagia Triada sarcophagus, publikasi tahun 2012, menjelaskan tentang makna filosofis yang tergambar pada dinding sarkofagus.

"Isi bejana yang dituangkan kepada bejana besar merupakan darah, penggambaran kepercayaan Minoa, bahwa orang mati juga membutuhkan darah. Permainan kecapi yang dilakukan pria dibelakang kedua wanita juga mengidentifikasi alat musik kecapi yang berkembang di seluruh wilayah Yunani kuno" tulisnya.