Tubuhnya licin dan telanjang, seperti bayi yang baru lahir. Gerak-geriknya pun menggemaskan. Merayapi air dangkal berpasir serta terumbu karang di wilayah tropis, ia mampu menarik mata siapa saja. Terlebih lagi, ia menampilkan warna-warni unik dan desain tubuh yang mencolok.
Saya segera memburunya. Fokus kamera telah terbidik ke arahnya. Saya sedikit menambah kedalaman seraya mencari sudut gambar yang menarik. Tampaknya, ia tidak memperdulikan keberadaan saya di lingkungannya. Ia meluncur pelan di dasar perairan dangkal, di antara gugusan karang. “Tolong kamu diam sebentar ya. Saya hanya ingin memotret kamu,” saya membatin. Dan, hup! Selesai.
Ingin tahu sasaran berburu foto saya? Namanya, nudibranch. Satwa laut ini kebanyakan seukuran jari manusia dewasa. Ia tak memiliki lapisan pelindung. Para peneliti dan ahli terumbu karang menyebutkan namanya nudibranch, yang berarti insang telanjang. Tanpa selimut tubuh ini yang membedakannya dengan kerabat siput lainnya.
Lantaran bentuk tubuh dan warna yang unik, anggota kelas gastropoda ini selalu menjadi “target” para juru foto bawah laut Nusantara. Setiap kali menyelami perairan dangkal dan terumbu karang wilayah tropis kita, mereka selalu menyempatkan diri mencari nudibranch. Ukurannya yang renik memang menjadi obyek yang tepat sebagai salah satu sasaran fotografi makro.
Untuk menangkap keberadaannya, seorang penyelam harus memiliki sepasang mata yang jeli dan tajam. Nudibranch lebih suka menyendiri. Ia memiliki kebiasaan nokturnal serta wilayah pengembaraan yang sempit. Selain itu, satwa hermafrodit ini lebih memilih kamuflase mulai dari warna kusam hingga cemerlang, bukan warna yang kontras.
Tentulah, apabila berhasil mendapatkan gambarnya seorang penyelam dapat berbangga hati. Tidak mengherankan apabila biota penghuni taman laut Kepulauan Nusantara ini mendapatkan julukan sayang: Si Nudi.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa mereka telah mengidentifikasi hanya separuh dari seluruh spesies nudibranch dan bahkan yang telah diketahui pun masih sukar dipahami. Kebanyakan nudibranch hidup tidak lebih dari satu tahun dan kemudian lenyap tanpa jejak. Tubuh tanpa tulang dan cangkang nudibranch tak meninggalkan bekas akan hidup yang singkat namun cemerlang.
Nudibranch menjadi salah satu contoh kekayaan perairan dangkal di wilayah Ternate. Di sini, saya mengamati keindahan warna-warni taman laut khas perairan tropis di empat titik penyelaman: Maitara, Toloa, Cobo Tidore, dan Filonga. Air yang jernih menyediakan kesempatan untuk menjelajahi setiap jengkal permukaan laut.
Saya memang teringat dengan istilah taman laut. Farid Gaban, yang berkeliling Nusantara dengan sepeda motor selama sepuluh bulan, menyodorkan penyebutan ini untuk mendekripsikan keindahan ekosistem perairan dangkal, yang terdiri dari terumu karang dan biota laut di dalamnya.
Para ilmuwan telah mengetahui warna memegang peran penting dalam pemilihan pasangan dan peringatan bahaya bagi biota yang hidup di wilayah perairan. Cahaya mentari yang menerpa terumbu karang dan air yang jernih telah menyebabkan satwa mendandani diri dengan warna mencolok.
Satwa menggunakan warna tidak hanya untuk memikat pasangan atau menakuti musuh, tetapi sekaligus memamerkan kemampuan menangkap mangsa, menghindari pemangsa. Bahkan, ada yang menggunakan warna untuk menyamarkan diri pada karag yang mirip warnanya. Saya sungguh beruntung dapat melakukan kegiatan penyelaman di perairan Ternate, salah satu tempat yang menyajikan tempat paling berwarna di timur Nusantara.