Lima Tahun Terakhir, Bali Mengalahkan Phuket

By , Minggu, 11 Agustus 2013 | 17:20 WIB

Bali, masih memimpin sebagai destinasi wisata favorit turis asing di Asia Tenggara. Popularitas Pulau Dewata ini mengalahkan Phuket, Thailand, selama lima tahun terakhir. Bali mengalami pertumbuhan kunjungan wisatawan asing sebesar 8 persen dengan lebih dari 2,7 juta orang. Meski demikian, menurut riset Horwarth HTL Asia, Bali tetap harus waspada dan berbenah diri. Pasalnya, meskipun Phuket di bawah bayang-bayang Bali, kawasan wisata ini mengalami pertumbuhan susbtansial pasca-terpaan isu politik. Pertumbuhannya pada 2010 tercatat sebesar 44 persen lebih tinggi ketimbang 2009 dan dilanjutkan pada 2011 yang menguat 30 persen.Peningkatan tersebut menghilangkan kesenjangan antara dua tujuan wisata favorit ini dan menjadikan mereka sebagai rival yang saling berhadapan. Selain itu, masalah infrastruktur ikut berkontribusi terhadap perlambatan tingkat pertumbuhan industri pariwisata di Bali.Riset Horwarth juga menunjukkan pertumbuhan pembangunan fasilitas akomodasi (perhotelan) yang begitu pesat telah berkontribusi terhadap turunnya tingkat hunian sebesar 5 persen dari Juni 2012 menjadi 69 persen pada pada periode yang sama tahun ini. Sementara rerata tarif kamar harian (average daily rate/ADR) justru meningkat 5 persen secara year on year menjadi 137 dollar AS (Rp 1,4 juta).Dengan demikian, selama kurun 2008-2012, Bali mencatat rerata laju pertumbuhan ADR sebesar 9 persen dengan kenaikan tahunan sebanyak 7 persen. Segmen A plus atau hotel berklasifikasi mewah merupakan sektor yang paling terpengaruh oleh krisis ekonomi dunia. Segmen ini menunjukkan laju pertumbuhan paling rendah ketimbang segmen lainnya.Kecenderungan tersebut dimulai pada 2008 ketika ADR meluncur bebas ke angka terendah, sedangkan tingkat hunian mulai mengalami peningkatan pada 2010. Segmen A plus kembali bangkit pada 2011. Kendati kinerja ADR sekarang 5 persen lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu, tetapi rerata ADR meningkat 4 persen.Sebaliknya, tingkat hunian justru membaik 5 persen selama paruh pertama tahun ini ketimbang tahun lalu dengan ADR bertumbuh 6 persen.Sementara hotel segmen B memberikan tantangan tersendiri terkait besarnya jumlah pasokan baru yang masuk ke pasar. Hal ini menyebabkan anjloknya tingkat hunian sebesar 7 persen dan ADR 1 persen ketimbang paruh pertama 2012.Bagaimana dengan hotel segmen C? Tahun 2011 merupakan waktu terbaik untuk hotel C di Bali. Terjadi lonjakan ADR sekitar 21 persen meskipun tingkat hunian terus melorot sebanyak 4 persen. Demikian juga dengan tarif yang mengalami koreksi tajam.Secara regional, tingkat hunian tertinggi dicapai wilayah Kuta dan Pantai Selatan Bali lainnya seperti Tuban, Legian, dan Seminyak. Disusul kemudian oleh Nusa Dua dan Tanjung Benoa. Nusa Dua dan Tanjung Benoa dikenal sebagai daerah resor dengan kepadatan tinggi. Sementara daerah lain seperti Ubud, masih sedikit terisolasi, dengan akses yang relatif lebih sulit dijangkau dan masih sepi dari pembangunan hotel. Dengan demikian, Ubud cenderung masih dipandang sebagai daerah tujuan khusus tambahan.Meski begitu, untuk urusan keterisian, Ubud menempati posisi atas, memimpin Jimbaran. Tarif yang diberlakukan di kedua daerah ini sekitar 200 dollar AS (Rp 2,05 juta) hingga 300 dollar AS (Rp 3,07 juta) per malam. Tingginya tarif penginapan di sini lebih kepada orientasi wisatawan dengan minat resor jauh lebih sedikit ketimbang wisatawan dengan minat terhadap penginapan biasa.Tren positif juga diperlihatkan hotel segmen D. ADR-nya meningkat 16 persen pada 2010 dan cenderung terus tumbuh hingga 2012 atau 7 persen secara tahunan.