Menemukan Persamaan Gelombang Saat Berlibur di Pegunungan Alpen

By , Senin, 12 Agustus 2013 | 13:52 WIB

Schrödinger lahir di Wina, Austria, pada 12 Agustus 1887. Ayahnya seorang pemilik pabrik, sementara ibunya adalah seorang wanita berkebangsaan Austria-Inggris.

Sebelum masuk militer secara sukarela, dia "bersekolah" di rumah, kemudian belajar fisika teoretis di University of Vienna. Lepas dari militer, pada akhirnya ia kembali menjadi seorang akademikus untuk mempelajari fisika eksperimental.

Studinya sempat terganggu karena dia harus ikut bertempur dalam perang dunia pertama, sebelum dia dikirim kembali ke Wina pada 1917 untuk mengajar meteorologi.

Dengan studi yang terganggu, entah bagaimana, sebelum usia 40 tahun ia telah mengubah wajah ilmu fisika selama-lamanya, dengan memproduksi serangkaian makalah yang ditulis dan diterbitkan selama enam bulan masa riset teoretis.

Dalam syahdunya suasana Pegunungan Alpen, pada 1925, Schrödinger yang telah menjadi profesor fisika di University of Zurich menemukan formula persamaan gelombang yang secara akurat menggambarkan tingkat energi atom-atom. Persamaan inilah yang kemudian membawanya menjadi peraih hadiah Novel fisika pada 1933.

Pada tahun-tahun setelahnya, ia berulang kali mengkritisi pemahaman umum dalam mekanika kuantum, dengan menggunakan paradoks yang di kemudian hari dikenal dengan "kucing Schrödinger".

Selain fisika teoretis, Schrödinger juga mempelajari secara mendalam bidang fisika lainnya, termasuk mekanika statistik, termodinamika, dan teori warna. Salah satu karyanya yang juga masyhur dan menarik adalah buku berjudul "What Is Life?" yang terbit pada 1944.

Dalam buku ini, Schrödinger menelisik bidang yang sebelumnya tidak pernah dikajinya: genetika. Dasar fisikawan, ia pun mengkaji genetika dari sudut pandang fisika.

Schrödinger wafat pada Januari 1961 akibat penyakit tuberkulosis yang memang telah lama menggerogoti tubuhnya. Ia dimakamkan di desa Alpbach, di barat Austria.