Agustus 1945, Perang Dunia II nyaris mencapai titik tandasnya setelah Jepang dihajar bom atom pada 7 dan 9 Agustus. Di antara tanggal tersebut, yakni tanggal 8 Agustus, Jepang menambah deret musuh setelah Uni Soviet mengumumkan perang padanya.
Sementara di Eropa, Jerman sudah lebih dulu menyerah tanpa syarat. Pemimpin Nazi, Adolf Hitler, bunuh diri bersama pasangannya. Sementara para pengikut setia Hitler ikut mengakhiri nyawa atau melarikan diri.
Indonesia yang saat itu diduduki Jepang, melihat waktu ini sebagai kesempatan emas untuk merdeka. Maka pada 11 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman, terbang ke Saigon, Vietnam, untuk bertemu Panglima Wilayah Selatan, Panglima Tertinggi Terauchi Hisaichi. Sang Panglima menjanjikan kemerdekaan bagi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Soekarno ditunjuk sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Hatta sebagai wakilnya. Kala 14 Agustus, kedua pemimpin ini kembali ke Tanah Air dengan memegang janji Jepang.
Pada saat bersamaan, Jepang di tanah airnya sendiri bergejolak. Lantaran pada hari itu Jepang memberikan pernyataan resmi pada rakyatnya mengenai penyerahan diri tanpa syarat.
Pengumuman yang harusnya berlangsung tanpa halangan ini berlangsung tegang. Ada sekitar 1.000 tentara yang dipimpin Mayor Kenji Hatanaka menyerbu masuk ke Istana Kaisar dengan tujuan mencari rekaman pengumuman dari Sang Kaisar dan mencegahnya ditransmisikan pada rakyat.
Serangan ini berhasil ditangkal tentara yang setia pada Kaisar Hirohito. Sehari kemudian, 15 Agustus, Jepang resmi menyerah pada Sekutu. Siang harinya, Hatanaka yang paling anti-menyerah, mencabut pistol dan menembak kepalanya sendiri.