Semua berawal dari lantai satu sebuah rumah di 1520 Sadwick Avenue, New York, Agustus 40 tahun yang lalu. Clive Campbell a.k.a DJ Kool Herc, pemilik rumah, merelakan rumahnya itu untuk tempat berkumpul komunitas kulit hitam di Amerika Serikat. Ruangannya memang tidak luas, tapi saat acara berlangsung, ratusan kepala memenuhi ruangan tersebut. Mereka bernyanyi.
Dari ruang yang tak luas itu juga muncul “gerakan kebudayaan” oleh segelintir orang; Hip Hop. Dalam perkembangannya, Hip Hop adalah perpaduan dari nilai sosial, musik, kondisi politik, yang berbaur menjadi satu kesatuan harmonik.
Meski begitu kental aroma politik, dalam bukunya Can’t Stop Won’t Stop; A History of Hip-Hop, Jeff Chang menegaskan, Hip Hop pertama kali muncul murni bukan gerakan politik. Komunitas Afro-Amerika, tambah Chang, memulainya hanya untu mencari cara menghabiskan waktu, bersenang. Benar-benar tidak ada manifesto politik apapun. Tapi, karena mereka tumbu di tengah situasi politik yang kurang berpihak, maka lirik-lirik yang mereka dengungkan pastinya menggambarkan kondisi yang mereka hadapi.
Hip Hop lahir pada 1970an, saat komunitas kulit hitam benar-benar berada di garis nazir. Merasa tidak bisa berbuat apa-apa, para anak muda memilih untuk mengekspresikannya lewat MCing (rapping), DJing, breakdance, dan grafiti. Fab 5 Freedy, salah satu dedengkot Hip-Hop Amerika menjelaskan, ini bukan sekadar musim dan tari, tapi ini adalah murni budaya.
Mengenai Hip Hop, sebuah apresiasi positif dilontarkan oleh Marcyliena Morgan, seorang profesor di African American Studies cum Direktur Hip Hop Arsip di Harvard Universty. Ia menilai, Hip Hop adalah gerbang dimulainya budaya masa baru di Amerika. Morgan menambahkan, mereka (para aktivis Hip Hop) memberi nilai lebih kepada wilayah yang selama dianggap sebagai biang rusuh.
Mustahil rasanya membicarakan Hip Hop tanpa menyentil Dj Kool Herc, si pemilik rumah embrio lahirnya budaya Hip Hop. Herc yang sebenarnya lahir di Jamaika melihat, salah satu cara untuk menyelematkan komunitasnya dari keterpurukan adalah membuat garis baru. Herc yang memiliki darah bapaknya yang pecinta musik lantas menjadikan musik sebagai wahan untuk menempa diri.
Kini Hip Hop sudah semakin berkembang. Iringan beatboxing, tran pakaian, bahasa slang, seolah tak bisa lepas dari Hip Hop kontemporer. Tak hanya komunitas kulit hitam Amerika, remaja kulit putih juga dan berwarna juga banyak yang mengakrabi Hip Hop.