Pesta Kampung Panjang Untuk Setengah Abad Intisari

By , Selasa, 20 Agustus 2013 | 08:37 WIB
()

Senin kemarin (19/8), Kompas Gramedia (KG) menggelar syukuran majalah Intisari yang tahun ini genap berusia setengah abad. Berlokasi di Gedung Gramedia Jalan Panjang, Jakarta Barat, acara berlangsung khidmat.

Intisari merupakan majalah tertua di Kompas Gramedia yang menjadi cikal bakal bagi kelahiran berbagai produk media cetak dalam lingkungan perusahaan ini. Seperti dikutip dari tulisan Jakob Oetama di Harian Kompas (19/08), “Ketika majalah Intisari terbit pertama kali, 17 Agustus 1963, tidak terbayangkan itulah awal kelahiran kelompok usaha Kompas Gramedia.”

KG dengan bisnis inti industri informasi, setelah mendirikan Intisari (1963) diteruskan Harian Kompas (1965), Toko Buku Gramedia (1970), Percetakan Gramedia (1971), Radio Sonora (1972), Majalah Bobo (1973), koran Tribun (1987) dan berbagai produk majalah, tabloid, sampai stasiun televisi. 

Saat mendirikan Harian Kompas bersama PK Ojong, Jakob menjabarkan indenpendensi usaha mereka sebagai bagian dari membangun sebuah Indonesia.   

Dalam peringatan 50 tahun kehadirannya, Intisari memiliki tagline smart and inspiring. Acara didahului dengan pemotongan tumpeng di ruang redaksi, diteruskan acara talk show di ball-room Gedung Gramedia Jalan Panjang yang undangannya terbuka bagi seluruh karyawan KG.

Pendiri Kompas, Jakob Oetama berkunjung ke Gedung Kompas Gramedia Majalah dalam rangka memperingati 50 Tahun Majalah Intisari

Hadir sebagai pembicara dalam acara ini adalah para tokoh KG seperti P. Swantoro, Rudi Badil, Irawati atau lebih akrab disapa Zus Wat, ST. Sularto dan Arswendo Atmowiloto, didampingi moderator Elwin Siregar dan Editor-in-Chief Intisari, Lily Wibisono.

Bergantian, para pembicara menyampaikan kisah nostalgia mereka saat menjadi bagian dari keredaksian Intisari. Tak jarang, disampaikan secara jenaka sampai mengundang tawa dan aplaus hadirin.   

Seperti misalnya Arswendo bersama rekan-rekannya di redaksi Intisari dahulu kerap berlatih rapat agar bila ditanyai Jakob Oetama tidak gugup. “Salah satu cara dengan memegang pensil. Nyatanya, saat rapat malah pensil jatuh! Pak Jakob selalu menaruh perhatian besar kepada Intisari. Di rapat inilah selalu dicari siasat agar Intisari selalu maju. Termasuk pemasukan iklan. Bila disapa Pak Jakob dengan kata “saudara”, artinya ditagih iklan. Bila “mas” artinya aman. Suasana damai dan tradisi Intisari dipelihara sampai kini.”

Kelucuan juga disampaikan Rudi Badil, yang menyebutkan, “Dengan Pak Swan (P Swantoro) saya memperoleh bekal teknis, sedang Pak Jakob memberikan wejangan. Pimpinan Intisari mendapat warisan tugas dari pemimpin redaksi sebelumnya. Saya sendiri harus pegang tiga jabatan dalam waktu yang sama, jadinya mengalami serangan jantung!”

Sedangkan Zus Wat dengan penuh kesederhanaan membacakan harapannya yang ditulis di atas kertas bahwa di masa mendatang Intisari terus maju. Arswendo menambahkan, ada satu pernyataan terkenal dari Zus Wat yang sampai dikutip oleh sebuah majalah terkenal Belanda, “Mengelola majalah seperti punya bayi yang tidak pernah dewasa. Harus selalu dirawat."

Tepuk tangan membahana menyertai akhir dari acara talk show ini dan acara dipungkas Pesta Kampung Panjang di halaman parkir belakang Gedung KG Panjang. Para karyawan disilakan mencicipi berbagai hidangan kaki lima yang disajikan cuma-cuma, sembari ikut serta beberapa games serta menikmati panggung hiburan musik dari berbagai unit kerja KG. Salah satu puncaknya adalah permainan gitar menawan dari Jubing Kristianto.

Dirgahayu Intisari, panjang umur selalu dan terus berkarya, mengamalkan pesan PK Ojong yang tercantum di panggung talkshow: Idealisme saja tidak cukup jika tidak disokong kecerdasan tinggi, kepandaian berusaha dan watak yang indah.