"Panen" Ikan di Tengah Lautan

By , Kamis, 22 Agustus 2013 | 12:00 WIB
()

Musim berkah Wampasi juga berarti ritual adat serta pesta rakyat Biak. Pulau Biak, Pulau Numfor, dan Pulau Supiori (sekarang Kabupaten Supiori) memiliki latar belakang sosial yang sama, yaitu kebudayaan Biak.

Rabu (21/8), diadakan snap mor—ritual tangkap ikan bersama di laut. Snap mor tahun ini dipusatkan di titik pantai Kampung Impendi dan Kampung Adoki. Masyarakat kampung nelayan dan kampung-kampung dari daerah lain, telah ramai berkumpul pada bibir pantai sejak pagi. Para ibu berjualan pinang dan aneka penganan, serta anyaman topi.

Lewat tengah hari, saat pasang sudah cukup surut untuk dapat berjalan hingga ke tengah-tengah laut; masyarakat —tua, muda, lelaki, perempuan, dan anak-anak— berbondong turun secara serempak.

Tinggi air yang normalnya sepuluh meter menyusut sampai dengan kurang dari 50 sentimeter, sehingga kita bisa leluasa berjalan menuju ke pulau terdekat. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk menangkap ikan di pinggir hingga tengah pantai. Tak perlu menghabiskan waktu memancing ikan.

Seorang bapak membawa kalawai (Gloria Samantha)

"Paling banyak tangkap ikan batu, kerapu, tuna, cakalang. Ritual pesta ini diikuti seluruh kampung," tutur Naomi Kurua (56), asal Kampung Adoki, yang ikut snap mor.

Ikan ditombak menggunakan pasan atau kalawai, yang berujung runcing. Namun ada juga yang lebih mudah ditangkap langsung dengan tangan kosong.

Semalam sebelumnya, pukat-pukat ditebar dan dijaga oleh beberapa orang. Orang-orang ini sudah melakukan ritual khusus seperti berpuasa. "Kita tidak boleh masuk air sampai aba-aba tanda snap mor dimulai," tambah Naomi. "Supaya tak 'mengotori' lautnya. Dan kita juga harus masuk ke dalam air dengan perasaan yang gembira."

Snap mor usai, pesta pun berlanjut dengan acara makan bersama, ikan hasil tangkapan seluruhnya dibagi-bagi dan dibakar. Dari sini tercermin rasa kekeluargaan dan kehangatan di tengah kehidupan orang Biak.

Baca juga: Wampasi, Musim Berkat di Tanah Papua