Olahraga lari bisa dilakukan di mana saja, baik medan datar maupun medan tanjakan-turunan. Lantas belakangan, lari dilakukan di tanjakan tiada henti berupa anak tangga sehingga disebut vertical running. Penelitian terkini dari Universitas Geneva, Swiss, menunjukkan bahwa lari menanjak dapat efektif sebagai cara pembakar kalori.
Vertical running dapat membakar kalori sepuluh kali lebih banyak ketimbang lari di permukaan datar biasa. Richard Gregory, salah satu penelitinya mengemukakan, saat lari menanjak, tantangannya otot perut, paha, dan betis jadi bekerja lebih keras.
International Skyrunning Federation (ISF) memperkenalkan lomba lari vertikal pada 2009. Berdasarkan aturan yang disepakati, lomba itu dilakukan di area tangga darurat pada berbagai gedung pencakar langit setinggi paling tidak 100 meter, yang menjadi landmark di sejumlah negara. Pengelolaannya mirip turnamen lari maraton yang memiliki enam seri utama dunia dalam semusim lomba.
Menurut pemerhati olahraga lari Frank Malonda, lari semacam ini membutuhkan upaya ekstra. Lorong tangga darurat yang pengap dan sempit membuat pelari menghirup oksigen yang jumlahnya lebih sedikit, dan minimnya asupan oksigen ke paru-paru ini menyebabkan tenaga pelari terkuras. "Perlu diingat untuk beristirahat beberapa kali supaya tidak kehabisan tenaga," kata Frank.
Lari vertikal memang terbilang berat. Pelari juga harus menyiapkan diri dengan melatih otot perut, paha, betis secara rutin. Otot perut yang kuat membantu saat menaiki satu demi satu anak tangga. Sedangkan otot paha dan betis yang liat akan memperkuat pijakan kaki.
Tetapi hasil dari penerapan latihan tersebut bermanfaat menambah daya tahan serta kecepatan pelari jarak jauh. Manfaat lainnya adalah bisa meningkatkan stamina tubuh serta daya jelajah bagi pesepakbola.