Teman Dari Balik Kabut Dieng

By , Rabu, 4 September 2013 | 13:01 WIB
()

Seperti ditulis sebelumnya tentang berbagi tips berkendara jauh, tim kecil Ekspedisi Sriwijaya melakukan side-trip ke Dataran Tinggi Dieng.

Perjalanan trio kami dapat dikategorikan seru. Usai mengagumi beberapa rumah kuno serta taman kota di Wonosobo, kami mesti menguak kabut Dieng dengan jarak pandang sangat terbatas.

Rute berliku-liku, menanjak dan diadang halimun, melahirkan kesan tersendiri. Inilah kediaman para dewa--sebagaimana arti nama Dieng dalam bahasa Sanskerta, Dhyang--yang termasyhur itu. Tambahan lagi, terjadi pemadaman listrik merata saat kami tiba di penginapan. Tidak sebatas Dieng dan Wonosobo, tetapi sampai Purwokerto dan Yogyakarta, demikian ujar Agus, pengurus penginapan Dieng Pass yang berlokasi dekat pertigaan arah Candi Arjuna.

Awak National Geographic Indonesia bersama dua pejalan di kawasan Dieng. (R.Ukirsari Manggalani/NGT)

Di tengah suasana pemadaman listrik--sehingga pengurus penginapan harus menghidupkan generator--itulah, saya berkenalan dengan Valeria, pejalan asal Argentina.

Ia mengeksplorasi Indonesia bersama rekannya, Daniela dari Venezuela. Kebetulan, kami bertetangga. Esoknya, kami berfoto bersama di kompleks Candi Arjuna dan berbagi lebih banyak lagi cerita, termasuk saran saya tentang kunjungan mereka berikutnya: ke Tana Toraja.

Sayangnya, mereka harus meninggalkan Dieng lebih dahulu sehingga kami tidak dapat bersama-sama kembali ke Jakarta. Daniela mengungkap, keelokan Indonesia menakjubkan mereka. Meski ada beberapa destinasi yang terasa sangat tinggi tiket masuknya.

Sementara Valeria menyatakan, soal harga tiket bisa ia atasi dengan menggunakan kartu pelajar sebagai potongan harga. Ia berharap tinggal lebih lama lagi di Dieng yang suasananya tidak hiruk pikuk. Sampai jumpa lagi di Jakarta, teman-teman baru National Geographic Indonesia!