EcoMobility Festival, Tantangan Hidup tanpa Kendaraan Bermotor

By , Minggu, 8 September 2013 | 17:50 WIB
()

Satu daerah, satu bulan penuh, tanpa kendaraan bermesin. Bisa Anda bayangkan menjawab tantangan itu?

Di Kota Suwon, Korea Selatan, tengah berlangsung uji coba menampilkan kota ramah lingkungan. Selama periode September 2013, untuk pertama kali dilangsungkan EcoMobility World Festival di sana.

Pada pembukaan tanggal 1 September lalu, Walikota Suwon Yeom Tae-young mengemukakan, "Sekarang adalah waktu untuk mengakui bahwa nyatanya kita akan kehabisan bahan bakar fosil dalam 20 sampai 30 tahun ke depan, dan untuk mengambil tindakan."

Dan dalam festival selama sebulan ini, Suwon akan membuktikan bisa ada kota di mana setiap orang –baik penduduk yang bermukim maupun pengunjung– dapat bergerak atau berpindah secara merdeka, aman, berkelanjutan.

Festival ini mengasumsikan bahwa bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara akan akhirnya habis, dan karena itu bertujuan untuk menciptakan sebuah area yang dapat mempertahankan standar hidup berdasarkan ekomobilitas.

Street performance, salah satu rangkaian acara yang meramaikan EcoMobility Festival (Foto Dok. ICLEI-Local Governments for Sustainability)

Ekomobilitas merupakan program terpadu yang menggabungkan pemanfaatan angkutan umum yang ada dan kendaraan tidak bermotor, sehingga orang masih dimungkinkan bergerak di lingkungan sekitar mereka tanpa harus berkendaraan motor pribadi. Selama festival berjalan, juga diharapkan kontribusi bagi pengurangan emisi karbon dan penghematan energi.

Haenggung-dong, salah satu distrik paling ramai di pusat Suwon, ditunjuk sebagai zona bebas mobil. Lantas menjadi tempat berbagai parade budaya serta pertunjukan seni digelar.

Lebih serunya, sekaligus diperkenalkan berbagai jenis terbaru alat transportasi yang dapat digunakan.

Deretan opsi transportasi pengganti pada zona nan "steril" tersebut adalah: Yikebike, sepeda lipat terkecil; Trimobile, semacam kendaraan roda tiga yang hanya butuh sebuah pedal dan dapat membawa 3 orang sekali jalan; Gobax, modifikasi sepeda ambulans; Egretta, sepeda yang mengawinkan kecanggihan dan kepraktisan; MoVi, mobil listrik; dan banyak lagi.

Tertarik mengikuti kelanjutan festival, Anda bisa mengetahui dari Live Twitter updates lewat akun @ecomobility_ dan tagar #ecomobilityfestival atau #ecomobility2013.

Partisipasi warga

Ecomobile city Suwon tak akan pernah sukses bila tidak ada dukungan dari penduduk setempatnya. Suwon letaknya 30 kilometer dari Seoul. Sekitar 4.300 warga di Distrik Haenggung sudah sejak mula setuju untuk ambil bagian dalam percobaan gaya hidup berbeda ini.

In Sun Lim (59), seorang pekerja sosial, berkata semangat, "Saya ikut terlibat dengan banyak cara, contohnya saya anggota dari tim tari komunitas lokal, yang tampil di inagurasi festival. Saya ikut dalam parade jalanan. Sungguh menyenangkan!"

Lain dengan Ro Un Park (27), pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai pengelola kedai kopi ini ingin para pengunjung untuk memiliki pengalaman yang baik selama tinggal di lingkungan Haenggung. "Saya menyediakan akomodasi tamu di lantai atas coffee shop saya, di sebelah rumah kubuat sebuah tempat penyewaan sepeda kecil-kecilan, dengan sewa yang gratis," ujarnya.

Kira-kira 5.000 pengunjung internasional, yang dipimpin oleh Walikota, pembuat kebijakan, pengusaha serta pemerhati yang menyaksikan transformasi Haenggung-dong. Mereka akan menguji ragam kendaraan bertenaga manusia dan listrik yang ditawarkan oleh setidaknya 39 produsen dari delapan negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Taiwan, pun Korea Selatan.