Cara Baru Deteksi Dini Influenza

By , Selasa, 10 September 2013 | 11:00 WIB

Dalam ajang National Meeting & Exposition of the American Chemical Society (ACS) ke 246, muncul sebuah teknologi yang memungkinkan kita melakukan tes pendeteksian influenza secara dini di rumah, sebelum terlambat dan virus menyebar ke orang lain. Dalam presentasinya, para peneliti memaparkan bahwa cara ini juga bisa menentukan jenis virus flu secara spesifik dan membantu memilih obat yang paling efektif untuk menghadangnya.

Suri Iyer, peneliti dari Georgia State University, Atlanta serta Allison Weiss dari University of Cincinnati, Amerika Serikat menjelaskan bahwa tes cepat dan murah, seperti halnya menggunakan alat tes kehamilan, sangat penting untuk mendeteksi flu. Pasalnya, di Amerika Serikat saja, virus flu mewabah dan membunuh sekitar 36 ribu pasien per tahun.

"Pergi ke dokter atau rumah sakit untuk diagnosis bisa jadi kontraproduktif saat terjangkit flu parah dan berisiko menularkan penyakit," sebut Iyer. "Pada masa flu babi sedang mewabah, sejumlah rumah sakit di beberapa kawasan menyampaikan pengumuman di televisi untuk mencegah penderita datang ke instalasi gawat darurat. Selain dapat menyebarkan virus, instalasi tersebut juga tidak punya fasilitas untuk memeriksa ratusan orang sekaligus," ucapnya.

Iyer menambahkan, tes terhadap virus flu juga penting karena obat antiviral bisa meredakan gejala penyakit dan memungkinkan penderita untuk pulih lebih cepat dan kembali bersekolah, bekerja, ataupun melakukan aktivitas lain. Namun, agar efektif, obat-obatan harus diminum dalam dua hari setelah gejala pertamakali muncul.

Dalam studinya, Iyer dan Weiss melakukan penelitian menggunakan pendekatan baru untuk mendiagnosa flu dan penyakit disebabkan virus lain karena metode yang ada saat ini memiliki banyak kekurangan.

Tes yang ada saat ini bisa memunculkan hasilnya dalam 15 menit, namun biayanya sangat mahal dan terkadang tes menunjukkan hasil negatif saat pasien tidak menderita flu. Akhirnya, US Centers for Disease Control and Prevention mendorong para dokter untuk mengonfirmasikan hasil tes dengan perilaku virus, yang membutuhkan waktu sekitar tiga sampai sepuluh hari. Namun, menunggu selama ini menutup peluang untuk perawatan antiviral.

Tes flu yang ada saat ini menggunakan antibodi yang mengenali antigen virus flu, atau protein yang ada di permukaan virus flu. Namun Iyer dan Weiss mengambil pendekatan berbeda yang melibatkan penggunaan karbohidrat untuk mendetek antigen dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pendekatan berbasis antibodi.

Virus flu memiliki dua antigen utama, yakni hemagglutinin dan neuraminidase, yang menentukan jenis virus flu secara spesifik. Perubahan pada hemagglutinin dan atau kombinasi baru dari hemagglutinin dan neuraminidase memberi tanda akan munculnya virus jenis baru. Ini terjadi pada musim semi 2009 saat virus flu babi jenis baru terdeteksi dan memunculkan kekhawatiran akan terjadinya wabah global.Dalam presentasinya, Iyer menjelaskan bagaimana teknologi pengetesan baru menggunakan berbagai bentuk karbohidrat bisa menangkap hemagglutinin dan neuraminidase, dan lewat perubahan varna atau sinyal lain, bisa mengindikasikan baik infeksi ataupun tipe spesifik virus flu yang ada. Informasi jenis virus sangat penting dan memungkinkan dokter memilih obat yang paling tepat. Pendekatan baru tersebut juga memiliki kelebihan lain seperti hasil yang bisa lebih cepat diketahui, lebih murah, dan handal. Dan sejauh ini, pendekatan baru di atas juga cukup memenuhi harapan. Eksperimen laboratorium memastikan bahwa cara ini bisa mendeteksi virus flu.Ke depan, Iyer dan Weiss berencana untuk melakukan pengujian dengan sampel yang diambil dari sukarelawan manusia. Target mereka adalah membuat kemasan yang serupa untuk mendeteksi radang tenggorokan ataupun tes kehamilan yang bisa memunculkan perubahan warna yang mudah dibaca.