Nama granat, grenade, berasal dari Bahasa Spanyol, granada, yang artinya adalah buah delima. Buah yang salah satu manfaatnya dikatakan sebagai buah kecantikan melawan penuaan.
Istilah ini muncul karena granat pada awalnya mirip buah delima atau pomegranate, berupa bola kecil yang di dalamnya diisi serbuk mesiu. Bola bundar itu tadinya terbuat dari kulit kayu, kaca, dan tembikar.
Dari kata granada itu muncul istilah Inggris, grenadier, yaitu prajurit yang khusus bersenjatakan granat. Pada abad ke-17, setiap kompi tentara Inggris selalu dilengkapi lima grenadier. Dari mula, granat dimaksudkan sebagai senjata antipersonel. Namun, pada masa awalnya, yang dipentingkan dari granat hanyalah efek pembakarnya (incendiary) bukan daya ledakannya.
Dalam perkembangan, granat yang semula berbentuk bundar seperti bola, berubah menjadi bentuk tabung atau silinder dan terbuat dari metal. Kemudian bentuk granat ada yang menyerupai telur, buah nanas, atau bergagang kayu.
Granat jenis terakhir ini banyak dipakai oleh tentara Jerman dalam dua perang dunia dan disebut steilhandgranate. Sebelum dilemparkan, ujung pegangannya dibuka untuk menarik picu di dalamnya. Granat meledak empat hingga lima detik kemudian.
Dalam penggunaan di lapangan, granat tempo dulu malah sering membahayakan pemakainya karena sumbu yang tidak dapat diandalkan. Baru pada awal adab 20 masalah sumbu ini mulai teratasi, meskipun mengatur kecepatan pembakaran pada sumbu masih jadi persoalan untuk sekian lama.
Jika burning time terlalu lama, maka granat yang sudah dilontarkan dapat dipungut lawan dan dilemparkan kembali ke arah pelontarnya. Sebaliknya, kalau terlalu cepat malah mencelakakan penggunanya.
Granat pada masa kini lebih aman. Saat peledakan dapat dibuat misalnya lima detik setelah kunci dibuka. Bagi pemakainya, granat jenis ini lebih aman dibandingkan jenis granat yang dibuat meledak begitu menyentuh tanah.