Kaitan Obat Kolesterol dengan Risiko Diabetes

By , Kamis, 12 September 2013 | 11:45 WIB
()

Untuk mengontrol kadar kolesterol, ahli medis umumnya menggunakan obat penurun kolesterol golongan statin. Sejumlah studi yang pernah ada menunjukkan kaitan penggunaan statin dengan risiko penyakit diabetes melitus (DM).

Risiko DM yang ada dalam obat golongan statin membuat sebagian pasien menghentikan penggunaannya. Padahal, penghentian obat tersebut juga dapat berdampak fatal karena akan membuat kadar kolesterol meningkat kembali.

Statin merupakan golongan obat yang berfungsi menurunkan kolesterol serta menjaga kestabilan sumbatan pada pembuluh darah. Jika konsumsi obat golongan statin dihentikan, maka kadar kolesterol kembali meningkat dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Kadar kolesterol tinggi, khususnya kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Jika tak dikendalikan, LDL akan membuat plak di pembuluh darah lama-lama menyumbat aliran darah yang membuat pembuluh darah rentan pecah. Pecahnya pembuluh darah bisa berakibat kecacatan hingga kematian.

Menurut Kepala Divisi Metabolik & Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Em Yunir, manfaat dari obat golongan statin lebih besar daripada kerugiannya. "Karena itu, sebaiknya pengguna obat statin tidak menghentikan penggunaannya," sarannya saat ditemui pada Rabu (11/9) di Jakarta.

Yunir mengatakan, studi yang mengaitkan statin dengan DM tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat. Studi tersebut hanya melakukan survei terhadap puluhan ribu orang yang diikuti selama sepuluh tahun. Hasilnya memang adanya peningkatan prevalensi DM di antara para peserta pengguna statin.

Ilustrasi. (Thinkstock)

Namun, studi tidak memperhitungkan faktor risiko lain yang berperan seperti kebiasaan merokok, aktivitas fisik.

Studi lain, imbuh Yunir, menunjukkan penghentian konsumsi statin justru menunjukkan laju mortalitas yang lebih tinggi daripada yang tetap mengkonsumsinya. Kematian kebanyakan diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular.

"Lagipula, kalaupun terkena DM, pasien pengguna statin juga bisa mengelola DM-nya dengan pengobatan penurun gula darah. Kedua pengobatan tersebut tidak akan menimbulkan interaksi yang merugikan," tuturnya.

Dyah Purnamasari dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, mengatakan, kolesterol, dan DM merupakan satu kumpulan penyakit yang muncul bersamaan. Bila seseorang menyandang DM, paparnya, biasanya juga memiliki gangguan kolesterol dari gangguan metabolisme lemak pada tubuhnya.

Begitu pula sebaliknya, bila kadar kolesterol tinggi, maka harus dicari dan diskrining ke arah DM. "Kejadian DM pada pengguna obat statin tidak luput juga bahwa pada subjek tersebut terdapat juga faktor risiko DM," ujarnya. Kendati demikian, ia sepakat dengan manfaat statin masih jauh lebih tinggi daripada risiko yang ada.

Statin juga sudah diteliti bisa mengurangi disfungsi kognitif pada pasien cerebral malaria (jenis malaria yang dapat mengakibatkan kerusakan otak), meski mekanismenya dalam pencegahan belum diketahui lebih lanjut.