Plesiran Tempo Doeloe di Kota Tua Jakarta

By , Minggu, 15 September 2013 | 10:00 WIB
()

Hotel layaknya tak hanya menyediakan jasa penginapan dan santap, tapi juga bisa menyarankan tamu untuk menikmati daerah tujun wisata terdekat, di luar jadwal bisnis dan wisata yang sejak mula sudah dipegang tamu. Situs resmi hotel yang menyediakan informasi tentang berbagai tujuan wisata termasuk jarak dan bagaimana mencapainya dengan bebagai moda transportasi, pada akhirnya bisa menjadi nilai tambah hotel itu di mata (calon) tamu.

Semangat ini sangat terasa pada Plesiran Tempo Doeloe bareng Tauzia di Kota Tua Jakarta, Sabtu, (07/9/) yang digelar managemen Harris Hotel Group (Tauzia) bersama para humas hotel group ini dari seluruh Indonesia, dan mengajak para wartawan yang selama ini dianggap sebagai mitra kerja.

Acara dikemas menarik oleh Museum Ceria – komunitas pencinta mseum yang kemudian berkembang menjadi semacam event organizer yang mengajak masyarakat untuk mencintai museum dengan mengunjunginya, dan menikmati dengan cara berbeda, bukan sekadar mengamati koleksi sebagai benda-benda mati.

Toko Merah yang bersejarah di Kota Tua Jakarta kini menjadi tempat rehat dan santap. (Christantiowati/NGT)

Para humas hotel dan wartawan berbaur, dibagi menjadi sepuluh kelompok yang harus bersaing dalam bentuk Mistery-Game-Race. Tiap kelompok dibekali peta dan kartu-kartu petunjuk untuk mencapai lokasi dengan berjalan kaki atau bersepeda ke tiga dari lima museum yang ada di Kota Tua – Museum Bank Mandiri, Museum Seni dan Keramik, Museum Wayang.

Termasuk menemukan lokasi makan siang di Toko Merah, dan rehat akhir di Café Batavia.

Kemasan wisata macam ini juga bisa dikembangkan di kota-kota lokasi Tauzia Group, seperti di Kota Tua Semarang. Museum ternyata merupakan tujuan wisata yang menyenangkan, apalagi bila disajikan sebagai living museum seperti pada Museum Bank Indonesia di Kota Tua Jakarta yang modern, mengajak pengunjung berpartisipasi langsung.

Hendaknya museum-museum Indonesia dikenal karena daya tariknya, dan bukan – ironisnya – baru mendapat perhatian dan dikenal jika ada koleksi berharganya yang hilang dicuri.