Tameng Pesisir Bumi Paguntaka

By , Sabtu, 14 September 2013 | 11:03 WIB
()

Tak hanya itu, pemerintah Kota Tarakan juga membebaskan tanah 100 hektare yang dikuasai masyarakat di Mamburungan. “Ini upaya-upaya kami dan mempersembahkan untuk generasi penerus. Anak cucu kita ke depan.”

Mangrove yang lestari, Udin Hianggio memaparkan, diharapkan bisa mempertahankan hasil udang yang bagus. Udang ini merupakan salah satu komoditas andalan Tarakan yang diekspor ke luar negeri. Hutan mangrove yang sehat menyediakan tempat berpijah dan membesarkan larva-larva udang dan biota perairan lain. Jasa lingkungan mangrove itulah yang ingin dilestarikan di pulau penghasil minyak ini.

“Komitmen kita, semula Kawasan Konservasi ini hanya 9 hektare, sekarang menjadi 22 hektare. Ada 13 hektare tanah yang dibebaskan dan ditanami mangrove,” lanjut Walikota.

Jumlah bekantan dari enam ekor menjadi 32 ekor, menurutnya, adalah hal yang positif. “Jadi kita jaga terus. Dan mudah-mudahan yang dilakukan Pertamina EP bisa mendorong perusahaan lain melakukan hal yang sama.”

Lima ratus bibit mangrove ditanam Pertamina EP Tarakan di sejumlah tempat untuk melestarikan hutan yang membentengi daratan itu. Sekitar 50 bibit ditanam di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, 450 bibit sisanya disebar di berbagai lokasi.

Sebelumnya, pada program konservasi kenaekaragaman hayati 2012 Pertamina EP membangun tempat makan bekantan dan tempat persemaian mangrove. Di sekitar bantaran Sungai Pamusian, Bun Panjang, Pertamina EP juga menggelar rehabilitasi hutan dan lahan konservasi. Sekitar 15 ribu lebih bibit mangrove telah ditanam untuk memulihkan lahan yang semula berupa tambak. Bersama masyarakat sekitar dilakukan penanaman, pemeliharaan dan pengawasan pohon mangrove.

Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kota Tarakan Budi Setiawan menuturkan mangrove Sungai Pamusian kelak bakal dijadikan hutan wisata. Areal ini dibebaskan pemerintah kota, yang lantas ditanami pohon-pohon mangrove. Hutan mangrove Bun Panjang bersebelahan dengan hamparan tambak disela sebuah kanal.

Pepohonan bakau yang telah dewasa tumbuh rimbun, sementara tanaman hasil penyulaman masih kecil-kecil. Sisa-sisa mangrove alami masih terlihat di sejumlah titik: tinggi, besar, dan rimbun.

“Kita punya komitmen melaksanakan CSR (corporate social responsibility) dengan sungguh-sungguh,” jelas Rahmad Wibowo, “harapannya, hutan mangrove tetap abadi yang membuat ekosistem daratan tidak terkikis.”

Kiprah itu untuk membuktikan kepada para pihak, pemerintah kota dan masyarakat Tarakan bahwa Pertamina EP tak hanya mengambil hasil bumi. “Tapi kita juga melaksanakan CSR, menjaga lingkungan dan bermitra dengan masyarakat,” paparnya.

Kerjasama dengan masyarakat untuk mendayagunakan sumberdaya yang ada di sekitarnya. Menurut Rahmad Wibowo di Tarakan banyak sumberdaya yang belum dipahami manfaatnya. “Seperti sampah yang bisa didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Sekarang telah ada perkumpulan daur ulang sampah,” imbuhnya.

Berbagai ikhtiar tersebut untuk menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tak sekadar pelesiran, pada hutan kota, warga Tarakan bisa merunut kembali mangrove beserta isinya yang dulu pernah merajai pesisir bumi Paguntaka atau kampung kita.