Artefak itu Digunakan untuk Hidupkan Benda-Benda yang Dianggap Suci

By , Selasa, 17 September 2013 | 09:09 WIB

Empat artefak emas berukuran kecil peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang hilang di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (11/9) pekan lalu, pada zamannya digunakan sebagai persembahan untuk menghidupkan benda-benda yang dianggap suci."Jadi ketika orang akan membuat bangunan suci, seperti candi atau juga tempat pemandian raja-raja, sebelumnya ditanamkan sebuah peripih berbentuk sebuah kotak berukuran sekitar 30 x 30 sentimeter. Kira-kira ada sembilan kotak. Artefak emas itu disimpan dalam peripih tersebut. Gunanya untuk menghidupkan benda suci tersebut. Dalam hal ini, artefak itu berguna agar air di pemandian itu menjadi suci," demikian dijelaskan arkeolog Universitas Indonesia yang juga Ketua Riset Mandiri Gunung Padang, Ali Akbar.  Tak hanya emas yang disimpan dalam peripih tersebut barang-barang berupa manik-manik atau lambang-lambang kedewaan juga kerap kali disimpan. Benda-benda tersebut mewakili lima unsur di dunia, yaitu api, air, angin, udara, dan tanah. Walaupun benda tersebut ukurannya tergolong kecil, tetapi terdapat tulisan-tulisan kecil berupa doa-doa dan mantra. Bagi mereka yang percaya, artefak tersebut memiliki kekuatan magis yang dapat mengubah suatu benda menjadi suci.

"Sebenarnya ada tulisannya di artefak itu. Karena seiring waktu dan karena tergenjet, tertekan, hurufnya jadi tidak terlihat oleh kasat mata," tambah Ali. Ali menyesali hilangnya artefak dengan nilai sejarah yang tak ternilai itu. Jika diukur dengan nominal, artefak yang ditemukan di sebuah pemandian yang cukup terkenal di Jawa Timur oleh Belanda pada abad ke-18 itu harganya bisa menyentuh angka puluhan miliar rupiah. "Benda itu cocok-cocokan, jadi sangat tinggi nilai jualnya, terlebih jika cocok dengan pembelinya. Karena dia ada di bangunan suci," ujarnya.

Artefak arkeologi dari Indonesia sangat laku di pasar internasional. Harga batok kepala manusiaHomo erectus Sangiran misalnya, di balai lelang internasional, dipasang dengan harga sekitar Rp6 miliar.

Hal ini memicu perburuan terhadap benda-benda arkeologi. Bukan hanya terjadi di situs-situs, melainkan juga di museum. Seperti diberitakan, Museum Nasional kehilangan empat koleksinya berupa artefak yang terbuat dari emas. Kejadian tersebut terjadi pada Rabu (11/9). Akan tetapi, pengelola Museum Nasional baru melaporkan kejadian tersebut pada Kamis (12/9).Keempat artefak tersebut terletak di dalam satu buah lemari kaca yang berada di ruang Kasana, lantai dua gedung lama Museum Nasional. Keempat artefak tersebut berukuran relatif kecil. Keempat benda yang hilang antara lain lempeng naga mendekam berinskipsi, lempeng bulan sabit beraksara, wadah bertutup (cepuk), dan lempeng Harihara.