Kucing Besar Berevolusi untuk Membunuh

By , Kamis, 19 September 2013 | 10:37 WIB

Peneliti berhasil memetakan gen dari harimau siberia (Amur tiger) yang terancam punah. Pemetaan ini berguna baik untuk memahami genetika yang membuat spesies kucing besar berbeda satu sama lain dan sebagai upaya untuk mempertahankan perbedaan genetik di kalangan populasi harimau liar.

Harimau Siberia, subspesies harimau terbesar, yang bisa berbobot hingga 300 kilogram dan tumbuh hingga panjang tiga meter, hanya tersisa sekitar 450 ekor di alam bebas. Secara total, harimau yang tersisa di habitat alami mereka sendiri tinggal sekitar empat ribu ekor saja.

"Kami melihat harimau yang sangat besar ini lebih dulu untuk mengetahui apa yang membedakannya dari kucing lain," kata Jong Bhak, pakar genetika dari Personal Genomic Institute, Suwon, Korea Selatan. Ia dan timnya yang menuliskan penelitian bertajuk Nature Communications dan melaporkan tentang pemetaan genome harimau siberia.

Dalam studi, Bhak dan rekan-rekannya mengambil sampel gen dari seekor harimau jantan berusia 9 tahun di Everland Zoo, Korea, dan membandingkannya dengan informasi peta genetika dari harimau Bengali, singa, dan macan salju.

Terlahir sebagai pembunuh"Secara genetik, seluruh kucing sangatlah dekat, sehingga kami perlu memetakan genetika secara teliti untuk menemukan perbedaan yang membuat mereka unik satu sama lain," kata Bhak.

Beberapa perbedaan genetik sangat terlihat pada peta genetik. Misalnya seperti dua gen yang kemungkinan terlibat dalam adaptasi terhadap ketinggian dan udara tipis pada macan salju serta gen bulu putih pada singa afrika.

Namun demikian, secara keseluruhan, dari studi terungkap bahwa keluarga kucing tampaknya sangat mengandalkan satu set genetik yang terdiri dari 1.376 gen yang berkaitan dengan serat otot kuat dan pencerna protein. Ini terlihat dari seluruh spesies yang dipelajari. Gen-gen ini kemungkinan berasal dari nenek moyang bersama para kucing besar, yakni yang hidup sekitar sebelas juta tahun lalu.

"Kami menyimpulkan bahwa ini merupakan indikasi bahwa kucing besar telah berevolusi untuk memenuhi segmen karnivora tertentu di dalam lingkungan, berdasarkan dari kemampuan berburu yang disediakan oleh gen-gen tersebut," ucap Bhak.

Bhak menyebutkan, kucing domestik juga memiliki banyak kesamaan pada gen tersebut. "Seluruh kucing merupakan pemburu yang tak ada duanya, dan di sini kita melihat alasannya secara genetik."

Menyelamatkan harimauMenurut Thitika Kitpipit, peneliti dari Prince of Songkla University yang baru-baru ini mengetuai penelitian tentang pemetaan genetika maternal atau mitochondrial DNA harimau, memetakan genome harimau merupakan kemajuan signifikan bagi para peneliti.

Menurut Bhak, di saat semakin banyak pemerhati kehidupan liar berdebat tentang kucing besar yang perlu diselamatkan dalam upaya mendiversifikasi populasi liar, peta genetik merupakan langkah pertama untuk memahami seperti apa kondisi genetik kucing besar.

Tahun 2010 lalu, pada ajang Tiger Summit di St. Petersburg, Rusia, para pemerhati lingkungan hidup dari 13 negara sepakat untuk berupaya menyelamatkan harimau di alam bebas di tengah-tengah meningkatnya laporan perburuan dan penurunan jumlah populasi harimau liar di Asia.