Raja Hussein dari Yordania menghadapi paling sedikit 18 kali percobaan pembunuhan. Namun dirinya tidak gentar.
Semenjak awal sejarah Hussein sudah dibuka dengan "cobaan berdarah". Ketika usia Hussein 15 tahun, dia diajak sang kakek, Raja Abdullah (69) untuk salat Jumah di Masjid Al-Aqsa, bagian Kota Yerusalem (saat itu wilayah Yordania). Baru beberapa langkah memasuki masjid, Raja Abdullah yang sudah bertakhta selama 30 tahun itu ditembak seseorang dari jarak dua meter.
Raja terkapar sementara orang-orang di sekelilingnya menyelamatkan diri. Hussein tertegun sejenak, lalu dengan geram mengejar pembunuh kakeknya. Pengawal raja mengepung penembak itu, dan dalam keadaan terpojok ia menembak Hussein.
Tapi tembakan mengenai salah satu medali di dadanya. Hari itu memang —di luar kebiasaan— Hussein diminta kakeknya mengenakan seragam militer lengkap.
Akibat tragedi tersebut Raja Abdullah digantikan oleh putranya, Talal. Namun Talal menderita skizofrenia, sehingga setahun kemudian Hussein muda dinobatkan naik takhta, tepatnya pada 2 Mei 1953.
Raja Hussein yang memerintah Yordania sejak usianya 18 tahun, ialah raja yang sering bepergian sambil menyamar. Dia bisa menyamar jadi supir taksi supaya bisa mendengarkan keinginan dan pendapat rakyat tentang raja.
Pernah dia bepergian incognito, mengemudikan mobil ke Hummar. Dia menemukan mobil Buick pamannya, Sherif Nasser, tersuruk ke selokan dengan ditembusi sembilan buah buah peluru. Mobil Buick itu sama persis dengan mobil yang biasa dikendarai raja.
Tanggal 29 Agustus 1960, PM Yordania serta 12 orang lainnya tewas akibat bom yang meledakkan kantor mereka. Maka Raja Hussein ikut mendapat bisikan agar jangan tidur di istana. Dia menginap di sebuah rumah dekat kantornya, yang terletak di taman kerajaan.
Pada waktu itu, Hussein minta diambilkan pakaian dan obat tetes untuk melegakan sinusitisnya. Ketika obat akan dipakai, beberapa tetes obat jatuh ke wastafel kemudian cairan itu mendidih dan lapisan chrome wastafel mengelupas. Rupanya ada orang menukar isi botol dengan asam yang kuat.
Itu cuma sebagian saja dari kisah percobaan pembunuhan terhadap Raja Hussein. Meski demikian, biar nyawanya terancam, "Kalau Allah menghendaki saya mati, barulah saya mati," katanya.
Hussein sempat bersekolah di Mesir dan Inggris. Sebagai Raja Yordania, Hussein pun digembleng di Akademi Militer Sandhurst di Inggris.
Saat perang Arab-Israel pecah pada 1967, demi kesetiakawanan pada negara Arab lain, Yordania menyerang Israel dan memberi perlawanan hebat. Hussein merupakan satu-satunya pemimpian negara Arab yang turun ke garis depan. Dalam perang enam hari, selama tiga hari tiga malam dia mengendarai jip terbuka, untuk memberi semangat kepada para tentara.
Raja yang dijuluki Al-Malik Al-Insan, Raja yang Penyayang, ini meninggal pada 7 Februari 1999 — setelah 47 tahun memerintah. Dia dimakamkan dengan penghormatan besar dari rakyatnya juga seluruh dunia, termasuk PBB.