Ilmu Berharga dari Dalam Gua

By , Senin, 23 September 2013 | 14:35 WIB

Pangkalan data (database) karst Indonesia belum maksimal. Padahal sebetulnya area ekosistem karst Indonesia luas dan sebarannya cukup merata di seluruh kepulauan (terkecuali Provinsi Riau dan Bangka Belitung). Walaupun dari segi pecinta dan pegiat relatif banyak, tetapi bukan penelusur gua untuk khusus tujuan penyelidikan ilmiah.

Seminar dan pelatihan ekplorasi ilmiah karst bertemakan bersama Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor LAWALATA baru saja ditutup hari Sabtu (21/9) lalu. Mirza Kusrini, Direktur Kemahasiswaan serta pembina LAWALATA IPB di kampus pusat Institut Pertanian Bogor di Dramaga, Bogor, Jawa Barat, mengungkap bahwa diharapkan hasil dari kegiatan berupa karya tulis yang memperkaya pangkalan data.

"Kita tahu, data dulu yang diperlukan untuk melestarikan kawasan karst tersebut," jelas Mirza. "Sewaktu saya masih mahasiswa dan masih sebagai anggota LAWALATA, itu pertama kali saya masuk gua. Saya langsung menyadari banyak hal penting untuk dipelajari," tambahnya.

Ketua Pelaksana Nuzul, mengatakan, kegiatan meliputi seminar, pelatihan, pameran foto, pendalaman materi, sharing experience sampai praktik mendatangi lokasi ini pernah sekali diadakan sekian tahun lalu dan kini diinisiasi kembali.

Faktor tak semua wilayah karst yang termasuk dalam kawasan lindung juga mengakibatkan sukarnya perlindungan karst di Indonesia. "Sebagian besar ekosistem karst berada luar kawasan konservasi, lebih-lebih masih berada di lahan milik masyarakat," ujar Andiani Djarwoto dari Badan Geologi-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Permen ESDM 17/2012 menyatakan kriteria penetapan Kawasan Bentang Alam Karst adalah karst yang menunjukkan bentuk eksokarst dan endokarst tertentu.

Pada kesempatan yang sama Andiani bertutur, pihaknya akan berupaya lebih memfasilitasi mapala di daerah-daerah supaya aktif meneliti karst. Dengan demikian datanya dapat dipergunakan dan hasil temuan bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Sementara, kemajuan zaman terus beriringan dengan ancaman buat karst. Ancaman utama kelestarian karst adalah pertambangan batuan kapur atau semen, bahan galian tambang lainnya (marmer, fosfat), hingga guano.

Baca kelanjutannya di sini Konservasi: Benteng Terakhir adalah Ekowisata