Kehamilan kembar siam parasit kerap luput dari pemantauan dokter saat pemeriksaan ultrasonografi (USG). Kecilnya ukuran calon bayi lain dibanding bayi utuh diduga menjadi sebab utama. “Tidak hanya parasit, kondisi ini berlaku bagi setiap kembar yang tidak membelah sempurna dengan ukuran berbeda. Kecilnya ukuran calon bayi yang lain, menyebabkannya luput dari perhatian apalagi jika dokter kurang teliti,” kata spesialis kebidanan dan kandungan dr. Prima Progestian, Sp.OG. Kondisi bayi kembar, kata Prima, sebetulnya sudah bisa dilihat pada akhir trimester pertama. Gambaran kembar semakin jelas saat menginjak trimester kedua. Saat inilah bisa terlihat apakah bayi yang lahir kembar atau tidak. Jika kembar bisa dilihat, apakah ada masalah dengan pemisahannya atau kondisi janinnya baik-baik saja. “Namun kembali lagi, hal ini bergantung pada ketelitian dokter. Tentunya didukung kerjasama pasien yang rutin cek USG dan peralatan,” kata Prima. Hal senada dikatakan Hasto Wardoyo spesialis kebidanan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, deteksi sebelum lahir (prenatal) bergantung jenis kelainannya dan alat pemeriksaan yang digunakan. Jika jenis kelainannya nyata dan alat diagnosis yang digunakan memadai, maka kondisi kembar yang tidak membelah sempurna bisa cepat diketahui. Hasto menambahkan, pemeriksaan rutin USG menjadi metode satu-satunya mengetahui kondisi bayi kembar dalam kandungan. Hal ini dikarenakan ibu dengan bayi kembar yang tidak membelah sempurna, tidak menunjukkan gejala-gejala spesifik. “Biasanya hanya terlihat secara fisik, misal muntah dan mual yang lebih hebat atau perut yang tampak sangat besar walau usia kehamilan masih muda. Tanda ini relatif sama pada ibu hamil kembar normal, tidak spesifik pada kondisi tertentu,” kata Prima. Sesuai anjuran WHO, tes USG sedikitnya dilakukan 4 kali selama kehamilan. Tes tersebut dilakukan pada tiap trimester dan menjelang persalinan. Tak pengaruhi lamanya kehamilan Dalam kasus bayi kembar siam parasit Ginan di Bandung, dilaporkan sang ibu mengandung hingga 10 bulan. Kondisi ini lebih lama 1 bulan dibanding masa kehamilan pada umumnya. Namun, menurut Prima dan Hasto, kondisi bayi ternyata tidak mempengaruhi lamanya kehamilan. “Dalam menghitung kehamilan kita menggunakan minggu atau hari. Selama tidak lebih dari 280 hari masih dianggap normal. Karena itu, dipastikan dulu kapan ibunya hamil,” kata Prima. Hasto berpendapat, hamil 40 minggu masih dalam kategori normal. Namun jika sampai 42 minggu tetap tidak menunjukkan tanda kelahiran, maka bisa dikatakan ada yang tidak normal. “Namun saya kira tidak ada kaitan langsung antara hamil lewat waktu dengan keadaan kembar yang tidak membelah sempurna,” kata Hasto.