Mun'im Idries, Ahli Forensik Legendaris Indonesia

By , Jumat, 27 September 2013 | 10:17 WIB

Dokter forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Mun'im Idries, meninggal dunia, Jumat (27/9) dini hari. Terlahir dengan nama lengkap Abdul Mun'im Idries, dia wafat akibat kanker pankreas.

Dalam dunia kedokteran Indonesia, Mun'im ibarat legenda. Bagaimana tidak, dia berani menyimpulkan penyebab kematian Presiden Soekarno hingga kasus pembunuhan Sisca Yofie di Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini. Sisca Yofie terbunuh akibat diseret dan dibacok oleh dua pria yang mengaku ingin merampoknya.

Mun'im dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 25 Mei 1947. Meski demikian, dia menempuh pendidikan sejak SD sampai sarjana di Jakarta. Mun'im menyelesaikan pendidikan kedokteran umumnya di FK UI pada 1971. Keahliannya di bidang forensik mendapatkan "legitimasi" gelar spesialis pada 1979, dari kampus yang sama.

Semenjak saat itu, dunia forensik nyaris tak terpisahkan dengan Mun'im. Meski tak tercantum dalam biodata yang diunggahnya dalam blog pribadi, dia adalah salah satu dokter yang turut dalam penyelidikan mendalam atas kondisi Presiden Soekarno sampai meninggal. Lagi-lagi tak sempat tertulis di blog pribadinya, kasus Sisca Yofie pun sempat mendapatkan sumbang saran dari Mun'im meski sempat memunculkan reaksi dari Bandung.

Selama berkiprah di bidang forensik, Mun'im banyak diminta pendapat untuk kasus-kasus kematian berimplikasi hukum. Dia pun diamanahi menjadi penanggung jawab pengajaran forensik di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.

Kasus yang ditangani Mun'im berdasarkan catatan dalam blog pribadinya antara lain kasus pembunuhan atas artis terkemuka era 1980-an, Ditje Budimulyono; kasus penembakan misterius yang mewarnai tahun-tahun pertama 1980-an; kasus perkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998; kasus yang melibatkan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar; kasus Marsinah.

Setidaknya, 28 buku telah dia tulis dan menjadi referensi dalam dunia forensik Indonesia, mulai dari analisis mengenai kasus dan fenomena bunuh diri, perkosaan, hingga kasus anak-anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan atau menyimpang di dalam keluarga.Kanker pankreasDikatakan istrinya, Kiswati, seperti dikutip dari Kompas.com di rumah duka RSCM, Jumat pagi, kepastian bahwa sakit yang diderita Mun'im adalah kanker pankreas baru diketahui pada 7 September 2013.

Sebelumnya, saat Mun'im menjalani perawatan intensif sejak 7 September itu, keluarga masih mengira Mun'im hanya terkena Hepatitis C. Dan, baru pada Selasa (24/9) menjalani operasi untuk kankernya itu.

Kiswati mengonfirmasi bahwa jenazah almarhum akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan, selepas shalat jumat. Rencananya, jenazah akan dishalatkan di Masjid Arief Rahman Hakim di Kompleks Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, sebelum dibawa ke tempat pemakaman.

Menurut Elita Mirnawati (44), anak ketiga Mun'im dari istri pertamanya Kiswati, Mun'im memiliki riwayat penyakit diabetes sejak 15 tahun yang lalu dan penyakit jantung sejak tiga tahun yang lalu. Sejak itu, Mun'im sudah sering keluar masuk rumah sakit.

Sebelum dirawat intensif sejak Sabtu (7/9) akibat kanker pankreas, Mun'im sering mengalami batuk-batuk dan badannya terlihat menguning. "Tadinya kita kira hepatitis ternyata tidak," ungkap Elita.